by

Era Jokowi, Pembangunan Harus Dipercepat

Oleh : Erizeli Jely Bandaro

Tadi teman saya orang asing minta agar saya mendampinginya pre meeting akuisisi jalan Toll. Terjadi dialog seperti ini..

Pemilik proyek : Kami butuh goodwill sebesar Rp.400 miliar. Saham 60%. Pembiayaan 100% atau Rp.12 Triliun dari equity ( modal ).

Teman : Rp.400 miliar kami dapat apa ?

Pemilik Proyek : Anda dapat konsesi agreement ,design, study dll.( sambil menyerahkan setumpuk kertas kepada teman saya)

Teman : OK. Apakah kami bisa audit cost tersebut ?

Pemilik proyek : BIsa tapi ada biaya intangible yang tak bisa di audit.

Teman : Apa misalnya ?

Pemilik proyek : Biaya loby. Maklum proyek ini sudah 10 tahun direncanakan namun sampai kini belum bisa dibangun karena terkendala pendanaan.

Teman : OK. 60% equity anda setor cash dan kami setor 40% cash. Betul?

Pemilik proyek : Betul. Tapi kami tidak punya 60% cash. Kami harap anda kasih kami pinjaman.

Teman : Apa jaminannya ?

Pemilik proyek : Ya saham itu.

Teman : Jadi anda dapat tunai di depan Rp. 400 miliar. Dapat saham 60% dengan cash dari kami.Kalau proyek untung anda dapat deviden untuk membayar utang kepada kami.Tapi kalau proyek merugi ,anda tinggal pergi tanpa peduli dengan resiko kami.Sementara anda sudah terima Rp.400 miliar untuk lembaran kertas ini..”

Pemilik proyek : Proyek pasti untung.

Terima : Kalau pasti untung mengapa anda tidak pakai uang sendiri? atau pinjam ke bank?

Teman saya melirik kearah saya sambil berbisik “What do you think?

“Walk out from the meeting. Now..lets go to the Bar..just for get it this deal. ” Kata saya.

Itu orang lupa,Ini era Jokowi. Izin dan konsesi proyek engga laku untuk bargain. Hanya masalah waktu, orang itu akan kehilangan proyek. Izinnya pasti di cabut. Karena Jokowi akan serahkan proyek kepada siapa saja yang punya uang. Itu saya yakinkan kepada teman. Teman saya tersenyum.

Sudah banyak proyek Pembangkit listrik, jalan toll dll yang dicabut izinnya dan Jokowi tidak peduli siapa backing pengusaha itu. Pembangunan harus cepat dan tidak bisa mengandalkan broker yang mengaku inverstor padahal kerjaannya hanya cari uang kecil ( goodwill ) dan gayanya seperti konglomerat dan mengaku bisa atur pejabat.**(ak)

Sumber tulisan: Facebook Erizeli Jely Bandaro

Sumber foto :bpjt,pu.go.id

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed