by

Emak Lu Robot

Oleh: Denny Siregar
 

Apa yang sulit bagi Nahdlatul Ulama sekarang ini dalam menguasai NKRI ?

Hampir tidak ada. Dengan umat yang diperkirakan berjumlah 50 juta orang ( bahkan ada yang mengatakan 80 juta ), NU bisa melakukan apa saja, termasuk makar.

Dalam bidang ekonomi, NU sangat mungkin merebut “pasar” MUI dalam mengeluarkan fatwa halal dan haram. MUI hanyalah sebuah organisasi saja, dan jika dibandingkan dengan organisasi NU bagaikan bumi dan langit.

Tetapi NU tidak melakukan itu. Mereka tidak mencari uang dengan cara2 seperti itu, padahal ketika mereka membentuk badan fatwa sertifikasi halal banyak yang akan beralih ke NU. Siapa yang melarang emangnya ? NU bisa saja berdalih bahwa ini khusus untuk umatnya. Dan ketika NU mau melakukan itu, habis sudah pendapatan MUI yang terbesar dan kering kerontanglah mereka spt unta kehausan di padang.

NU juga bisa saja membuat fatwa-fatwa bahwa aliran A sesat, aliran B menyimpang dsb-nya. Dan berkillah lagi, ini untuk warga NU saja. Lalu siapa yg bisa melarang ? NU tidak begitu. Mereka membiarkan semua berjalan apa adanya, tidak takut akidah umatnya tergerus apalagi cuma dengan mie instan. Malah kalau ada non muslim yang membagi2kan mie instan, mereka akan dengan senang hati datang. Kapan lagi dapat gratisan?

NU sebagai pembela NKRI, bisa saja membenturkan dirinya dengan HTI, Majeliss Mujahidin dan organisasi-organisasi Islam gurem lainnya yang menguasai khilafah. GP Ansor dan Banser punya kemampuan untuk itu. Tapi untuk apa? NU tetap berjalan pada koridor hukum dan undang2. Mereka melawan dengan cara yang sangat soft dan smart, membuat Islam Nusantara sebagai tandingan dari Islam Radikal yang diusung para pecinta khilafah.

Siapa yang bisa menjaga gereja-gereja dan perayaan hari besar umat non muslim, selain NU? Tanpa ada NU, mungkin sudah banyak bom berletusan yang menjadikan gesekan besar antar umat beragama. Kita bisa seperti Suriah, Afghanistan dan Irak. Bahkan salah seorang anggotanya syahid ketika melindungi sebuah gereja dari bom.

NU-lah pelopor gerakan pluralisme dengan berdakwah, menunjukkan wajah Islam yang penuh rahmat di gereja-gereja. Tidak ada rasa takut bahwa automurtad seperti propaganda bodoh yg terus dilancarkan. NU pula-lah yang menjaga budaya asli Islam Indonesia sehingga tidak terkontaminasi budaya arab.

Begitu kuat dan tenangnya NU bergerak, sehingga langkahnya terasa tidak terdengar. NU seperti singa yang tidak perlu mengaum, ketika dirasa tidak ada bahaya. Beda dengan anjing yang selalu menggonggong bahkan ketika orang sekedar lewat saja.

Karena itu temanku, kalau mau melihat bagaimana Islam di Indonesia, lihatlah NU ( dan Muhammadiyah ). Masih selamatnya kita di Indonesia ini tidak lepas dari besarnya peran mereka menjaga kita tetap utuh.

Jangan lihat yang organisasi2 gurem itu. Mereka harus teriak keras-keras supaya diperhatikan NU.

Mereka berteriak, “kami umat Islam..” padahal mereka kecil saja. Mereka teriak, “kami mayoritas..” NU ketawa saja. Elu? Mayoritas? Emak lu robot…

Sayang, NU ga tertarik dengan teriakan2 minta perhatian mereka. Bahkan cenderung menyindir2 kebodohan mereka dalam beragama dengan gaya yang masih santun, sarungan, kopiahan dan cangkrukan sambil ngudut dan ngopi.

Mari kita angkat secangkir kopi untuk NU. Mereka layak mendapatkan itu.

 

(Sumber: FB Denny Siregar)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed