by

Elit Politik Berbohong?

Tahu benar berapa utang masa lalu, yang dibayar Jokowi dan berapa utang baru, yang dilakukan Jokowi dan untuk apa utang itu.

Tahu benar mengapa BUMN harus di restruktur permodalanya.

Tahu benar bagaimana, program pembiayaan di luar anggaran ( PINA ) harus dilaksanakan, sebagai solusi keterbatasan APBN, yang sehingga terjadi proyek B2B atau PPP secara meluas.

Tahu benar skema subsidi, untuk sektor produksi dan peningkatan anggaran Investasi pendidikan.
Semua mereka tahu.

Tetapi mengapa.? Mereka seenaknya menyampaikan berita, di media massa seakan mereka tidak tahu.?
Yang lebih konyolnya lagi, berita itu lebih banyak opini yang menyesatkan.
Mengapa.?

Contoh mereka teriak di media massa, bahwa utang Indonesia, sudah lampu merah dan akan tergadaikan dengan asing.

Bagaimana sampai ini keluar dari elite politik.?
Padahal mereka tahu besaran utang itu, diatur dalam UU.*
Kalau Jokowi melanggar UU, kan bisa jatuh dia.
Mereka teriak BUMN di jual.

Padahal mereka tahu, bahwa penjualan BUMN, harus izin DPR.

Apakah pada era Jokowi, DPR mengizinkan penjualan BUMN.?
Tidak ada…!

Justru DPR era sebelum Jokowi, yang mengizinkan privatisasi BUMN lewat bursa.

Kalaupun sekarang BUMN melepas saham di bursa, itu adalah right issue, dalam rangka aksi korporate bagi BUMN, yang sudah listed dibursa.

Kini komposisi saham pemerintah di BUMN diperbesar lewat PMN. 
Itu semua elite politik, tahu duduk persoalannya. 
Tetapi mengapa mereka pura-pura bego.?

Jawabannya adalah ketika mereka berada didalam sistem, mereka gagal dalam perdebatan dan loby politik dengan team kabinet Jokowi.
Mengapa?

Maklum karena, sebelumnya mereka terbiasa melakukan konspirasi dengan penguasa, untuk membohongi rakyat lewat program merampok APBN atau corruption mind.

Dan ketika team Kabinet Jokowi, menolak konspirasi itu dan focus kepada program berdasarkan amanah UU, mereka kecewa.

Benarkah itu.?
OK…Kalaulah niat mereka baik dan Jokowi salah, tentu mereka akan berkoar di media massa dengan ide yang hebat dan bukti yang akurat sebagai koreksi terhadap program Jokowi.

Bukankah media massa, adalah kekuatan politik nomor empat, yang diakui dalam system Demokrasi.?
Tetapi kita tidak mendengar ide hebat, sebagai koreksi kebijakan Jokowi.
Yang ada malah, kebohongan tiada henti.

Kami dari Group Alumni ITB..

Sumber : Status Facebook Supriyatno

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed