by

Ekonomi Indonesia Kuat

D saat Indonesia memegang peran penting d mata dunia, sebagai tuan rumah perhelatan tahunan IMF, kubu oposisi sebisa mungkin ingin jangan sampai event ini sukses.

Herannya, mereka lebih suka Indonesia yg terlihat memelas, miskin, mlarat, dan tak berdaya,.. daripada merepresentasikan diri sebagai bangsa yg kuat, negara yg mampu, dan manusia yg terhormat.

D awal acara, ada beberapa hal yg langsung terbantahkan.

Christine Lagarde memastikan tidak akan memberi pinjaman krn kondisi ekonomi Indonesia d bawah pemerintahan pakdhe cukup kuat. Indonesia tidak membutuhkan pinjaman.

Bisa kubayangkan betapa panasnya kuping Rizal Ramli yg cuma bisa berkoar kalau mendengar langsung ucapan ini. Pasti langsung berusaha mendiskreditkan Lagarde.

Atau mungkin akan mengajak Lagarde berdebat terbuka seperti Sri Mulyani?

Yg pasti, Lagarde adalah Managing Director International Monetary Fund. Sedangkan Rizal Ramli? Hanyalah seorang yg pintar bicara, dan gagal buktikan “isi” pembicaraannya sehingga tak terpakai oleh pakdhe.

Mengenai kepedulian untuk Lombok dan Palu? Tak perlu d khawatirkan juga. Gempa & trunami Palu, gempa Lombok, adalah salah satu agenda pembicaraan dalam pertemuan itu. Itulah enaknya jadi tuan rumah pertemuan, jauh lebih mudah membuka topik suatu pembicaraan.

Tentang dana yg d nilai kemahalan?

Pakdhe mengatakan bahwa anggota IMF membayar sendiri hotel, makanan, transportasi dan lain2.

Memang ada anggaran ruang acara dan ruang public. Tapi berdasarkan keterangan pemerintah, apa yg d sewa IMF, yah d bayar oleh IMF lah.

Mungkin gak jauh beda dengan kita yg renovasi rumah sebelum kontrakin. Dasar pemikirannya? Rumah yg butut biaya sewanya murah, dan penyewa akan kapok sehingga tdk memperpanjang.

Sedangkan biaya yg benar2 membengkak adalah biaya infrastruktur (menurut pakdhe). Ada underpass, perluasan appron, percantikan object wisata dan lain2. Termasuk penyelesaian Garuda Wisnu Kencana. Semua hal ini bersifat tetap dan effectnya dapat d rasakan dalam jangka panjang.

Gara2 ucapan pakdhe ini, Andi Arief, salah satu pengkritik pertemuan IMF paling rajin besutan Demokrat sampai galau. Harus kritik atau tidak? D tarik atau tidak? Gas pol atau total break?

Tentu saja, bagi yg kontra pakdhe, yg udah kebelet menggoreng perhelatan IMF sebagai boros, buang2 dana, tidak sensitive terhadap bencana Palu dan Donggala, pernyataan pakdhe sudah pasti tdk bisa d percaya.

Perlu ada audit dari BPK, kalau kata SBY.

Tapi jangan khawatir.

Tampa SBY buka mulut pun, anggaran IMF sudah jadi mandatory audit BPK. Dan BPK sudah berencana akan lakukan audit d 2019. Setelah acaranya selesai.

Ya iya dong, pasti nunggu acaranya selesai dulu, baru bisa d audit penggunaan dananya.

Kalau sekarang jumlah penggunaan dana masih berubah2, yah wajar lah. Wong acaranya masih berlangsung. Belum ada yg hitung secara komprehensif penggunaan dana itu. Tunggu hasil BPK yah

Saat hasil audit BPK keluarlah, sekitar bulan February, masalah dana IMF siap d goreng lagi. Asyik bukan? Menjelang 2 bulan dari pilpres?

Sabar yah.

Sementara menunggu, kita bisa lihat hasil pertemuan, hasil pembicaraan, dan lain2.

Apakah event ini akan merepresentasikan Indonesia yg miskin tapi baik hati seperti kata Rizal Ramli, mlarat, ngenes, negara kacung yg tidak layak menggenggam secuilpun kesuksesan….

Atau sebagai negara kuat, bermartabat, terhormat, yg mampu berdiri d atas kaki sendiri dan mampu membantu negara lain menuju keberhasilan.

Sumber : facebook Aldi Bhumi

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed