by

DWP Ditangkap KPK dan Kewaspadaan Jokowi Soal BUMN

 

Oleh: Ninoy Karundeng

Politisi PDIP, Damayanti Wisnu Putranti, ditangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Penangkapan ini justru menguak berbagai motif dasar tekanan oleh lingkaran 1 elite PDIP terhadap Presiden Jokowi soal BUMN. Kisruh yang dibangun oleh Pansus Pelindo II sebagai hasil penerjemahan salah oleh Rieke Dyah Pitaloka dan Masinton Pasaribu tak sesuai dengan pola dasar pikiran Presiden ke-5 Megawati.

Konsultasi langsung Presiden Jokowi dengan Ibu Mega menerangkan tentang garis besar politik Mega tentang BUMN–bukan tentang individu Rini Soemarno dan RJ Lino. Sejak awal serangan atas Rini Soemarno dan Sudirman Said adalah niatan elite PDIP untuk menguasai bidang ekonomi paling strategis: energi dan sumber daya mineral.

Presiden Jokowi pun memahami bahwa PDIP adalah partai yang paling korup di antara semua partai politik di Indonesia. Penunjukan Rini Soemarno sebagai menteri BUMN mengejutkan PDIP. Effendi Simbolon–juga harapan Maruar Sirait–yang bermimpi menjadi Menteri BUMN marah besar dan langsung menjadi oposan begitu Rini Soemarno dijadikan Menteri BUMN oleh Presiden Jokowi. Effendi berteriak-teriak nggak karuan mengritisi Presiden Jokowi karena BUMN diserahkan ke kalangan professional yang memahami sengkarut korupsi di BUMN dan ESDM tentunya.

Kemarahan elite PDIP semakin menjadi-jadi ketika Kementerian strategis ESDM juga diberikan ke professional: Sudirman Said. PDIP yang bernafsu korupsi besar-besaran dengan Presiden Jokowi hendak dijadikan petugas partai gagal total menanamkan investasi berupa Presiden Jokowi. Presiden Jokowi dengan cerdik menempatkan orang professional seperti Menteri Rini dan bahkan Sudirman Said untuk melakukan pembersihan. Presiden Jokowi memahami bahwa untuk membersihkan lantai dari kotoran minyak maka harus menggunakan sabun yang mengandung minyak.

Menteri Rini dan Sudirman Said adalah orang dalam yang sukses menghancurkan Petral dan membuka kedok Papa Minta Saham yang melibatkan Setya Novanto dan mafia migas dan Petral Muhammad Riza Chalid. Seharusnya PDIP mengapresiasi Menteri Rini Soemarno dan Sudirman Said bukan malah menyerang mereka. Nah, karena elite PDIP diwakili orang semacam Rieke Dyah Pitaloka dan Effendi Simbolon dan juga Masinton Pasaribu kecewa dengan hilangnya kue terbesar yakni BUMN dan ESDM, maka mereka berteriak-teriak nggak karuan sambil sering meniupkan pemakzulan Presiden Jokowi.

Kini Damayanti Wisnu Putranti (DWP) ditangkap oleh KPK, dan ditangkapnya DWP menjadi bukti niatan buruk PDIP untuk mendapatkan kuasa. Presiden Jokowi ingat dengan jelas ketika PDIP berkuasa Menteri BUMN Laksamana Sukardi menjual banyak asset negara termasuk kapal tanker VVLC Pertamina dan bahkan Indosat. Belajar dari kelakuan buruk PDIP itu, Presiden Jokowi sangat waspada terhadap perilaku elite PDIP yang memang menjadi partai yang paling korup selain Golkar, Demokrat, PKS, Gerindra, Hanura, NasDem, PKB, PPP, dan PAN.

Dengan ditangkapnya DWP ini, terbukti kewaspadaan Presiden Jokowi, dan keteguhan Presiden Jokowi untuk memertahankan Menteri Rini Soemarno dan Sudirman Said terbukti. Pun DWP semakin memperpanjang daftar politisi PDIP menjadi partai paling korup di Indonesia. Selain itu, DWP menguak niatan buruk PDIP soal BUMN dan memeringatkan kepada Presiden Jokowi untuk tidak menyerahkan BUMN dan ESDM kepada politisi dan partai PDIP termasuk di dalamnya.

 

Sumber: kompasiana

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed