by

Dulu Saya Cingkrang, Sekarang Nggak

Oleh: Fahmy Arafat Daulay
 

Dulu saya cingkrang, sekarang nggak. Karena saya tau Asbabul Wurudnya dan tetap hormat pada yg suka cingkrang.

Dulu saya mengharamkan total lagu, sekarang lebih toleran dan tidak menghakimi bagi yg masih suka musik (saya juga suka hahaha) sebab kita juga nggak tau dia dimasa depan mungkin saja tobat n jadi kekasihnya Allah, who knows?

Dulu nggak mau cium tangan sama yg lebih tua, sekarang ok ok saja. Itu cuman adab, bukan penyembahan.

Dulu saya anti salaman sama non mahram, setelah tau dalil yg saya anggap kuat dan aman, sekarang sy ok ok saja, asal nggak pake nafsu 😀

Dulu saya ngejek yg nggak sholat berjamaah, sekarang lebih fleksibel, sebab ternyata ada pendapat yg kuat kalau itu masuknya lebih ke fardhu kifayah, nggak dosa kalau nggak berjamaah, walaupun, tentu akan lebih bagus kalau berjamaah.

Dulu saya malah pengen ikut jihad ke Afghanistan gara gara baca bukunya Imam Samudra (Salafi Garis Keras) setelah tau ilmu dan latar belakangnya, saya beruntung masih bernyawa untuk menuliskan ini dan nggak ngantar nyawa kesana.

Semakin mendalam Ilmu Islam seseorang semakin rendah hati dan toleran ia. Semakin banyak buku dan guru yg ia pelajari, semakin fleksibel dan hati hati ia.

Buya Hamka dulu bisa dibilang luar biasa keras dalam fiqh, tapi setelah belajar lagi, membaca lebih banyak lagi, mengkaji lagi, beliau menemukan hal yg keliru dalam pemahamannya terdahulu dan jadi lebih fleksibel dan lembut.

Memang beda kalau yg baru baca 1 buku dengan guru dan aliran yg itu itu saja, apalagi mengklaim paling benar dimata Allah dengan yg sudah membaca 1000 buku dan belajar dari berbagai guru 🙂

Yang kedua akan lebih toleran, bijaksana dan biasanya nggak suka menghakimi. Semakin dalam dan luas ilmu seseorang, semakin toleran dan bijaksana ia.

Kebenaran bisa datang darimana saja dan nggak mesti dari gurunya kita saja. Sebab para guru, dalam pengalaman saya selama belajar berbagai hal, bisa juga salah dan lupa sebagaimana yg juga terjadi pada manusia umumnya.

Buka pikiran, luaskan wawasan dan jadilah teladan dalam cahayaNya.

Healer yang sangat penuh ilmu dan pengalaman biasanya menerima dengan terbuka tradisi ilmu penyembuhan lain tanpa merendahkan yg lain, yg penting efektif dan tak bertentangan dengan moral dan spiritual.

Healer pemula, biasanya fanatis, suka merendahkan ilmu lainnya dan menolak pendekatan healing lain, kecuali dari guru atau komunitasnya yg itu itu saja.

Teruslah belajar dan tahan keinginanmu untuk menghakimi, nanti, akan sampai sendiri pada cahaya ilmu 🙂

Wallaahu A’lamu bis showwaab..

 

(Sumber: Status Facebook Fahmy Arafat Daulay)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed