by

Dua Persoalan Indonesia Dan Pentingnya Oposisi Dalam Demokrasi

Mereka yang kecewa dari tim Prabowo akan kehilangan bohir politisnya yang normal dan mengikatkan diri pada 2 jangkar:1) Penguatan figuritas Riziek Shihab sebagai pengampu figuritas kepemimpinan imaginer mereka, 2) Konsolidasi suara di PKS sebagai Special Purpose Entity di parlemen dari bermacam kelompok kanan, termasuk yang selama ini bahkan tidak menghalalkan demokrasi semacam HTI.

Betul, secara faktual mereka akan makin tampak nyata, tapi bagaimanapun konsolidasi mereka akan jadi lebih mudah dikelola. Lebih dari itu mereka telah kehilangan momentum politisnya. Dengan kata lain, setidaknya dalam titik jangka pendek ini, kita cukup berhasil mencegah problem no 1.

Jika konsolidasi MRT kemarin siang membuat Prabowo memutuskan untuk menjadi one of those all president man, maka saya rasa Problem no 1 bisa kita anggap selesai sementara dan kita bisa mulai untuk rame-rame, seperti saat kita membela Jokowi kemarin-kemarin, untuk mengarahkan persoalan pada kritik kita atas kelakuan para pemodal.

Hal yang terakhir ini, kalau perlu, kita kerjakan dengan bersikap oposan pada kebijakan-kebijakan Pak Joko Widodo. Karena pemodal itu, ada saham dan pahala yang besar di kedua belah pihak.

Kritik kita pada Tim Prabowo dan kader PKS selama ini bukan karena mereka beroposisi, tapi karena cara mereka beroposisi bukan berorientasi pada perubahan struktural tapi pada target pendulangan suara pada pemilihan umum, sehingga karenanya, cara beroposisi mereka tidak mengindahkan martabat, banjir fitnah dan menyasar pada otak reptil masyarakat mengambang untuk beralih dari satu pilihan ke pilihan lain lewat narasi ketakutan. Maka tidak heran jika sikap oposan mereka tidak membawa kita kemana-mana dan tidak juga menghasilkan apa-apa kecuali kemarahan dan belakangan membakar diri mereka sendiri lewat anjloknya suara gerindra pada Pileg 2019.

Maka beroposisilah dengan cara yang baik dan benar ya. Bukan saja karena Demokrasi itu tidak sehat tanpa oposisi, tapi karena persoalan Indonesia di Point 2 mensyaratkan kita untuk berfikir jernih bahwa pemilik modal sedang mengintip dibalik kebijakan-kebijakan Joko Widodo.

Dalam sebuah kesempatan pasca ia dilantik, Umar bin Khattab berhadapan dengan seorang baduy yang dengan suara garang, cerminan dari bebasnya rakyat mengemukakan pendapat, berjanji “untuk meluruskannya”. Maka dengan jelas ia bertanya:”Dengan apa engkau akan meluruskanku ya abdullah?” Si orang baduy itu menjawab dengan tidak kalah jelas: “Dengan pedangku ini aku akan meluruskanmu ya Umar”. 
Maka Umar menjawab:” Segala puji bagi Allah yang menciptakan diantar umat Muhammad, orang seperti kamu”

-Khairun Fajri Arief, 14 Juli 2019-

Sumber : Status Facebook Alyssa Nazila

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed