by

Dipaksa Menerima [Vonis Ahok], Sungguh, Hati ini Tak Bisa

Bakat politik Ahok, bakat kejujurannya, bakatnya yang menghibur banyak orang, bakatnya yang ingin disalurkan ketika tidak menjadi gubernur lagi, harus diasahnya lebih giat. Tentu bukan di rumah, bukan di perpustakaan, melainkan di penjara. Ahok harus berdaya, seperti yang dilakukan Pramoedya, Sukarno, juga tokoh bangsa lainnya yang menikmati penjara sebagai pendaman cita-cita.

Ingat… zaman kekinian, pejabat yang masuk penjara adalah mereka yang terbukti korup, bermain-main dengan uang negara. Berbeda dengan Ahok.

Ciutan dengan tagar Ahok bermunculan. Suara sumbang juga banyak dilontarkan. Pemerintah hanya bisa “memaksa” masyarakat untuk menerima dan tidak melakukan apa-apa. Bagaimana bisa membungkam kebenaran? Apakah hakim telah sangat tahu tentang arti kebenaran yang sesungguhnya? Yang jatuh adalah vonis dan putusan, sedangkan yang patah adalah hati. Hati yang berisi keadilan, hati seorang pejuang.

Semua harus menghormati putusan ini. Semua dipaksa percaya bahwa putusan ini bebas intervensi dan kepentingan-kepentingan lain. Hakim dianggap paling bijak dalam memutuskan. Semua disumpah untuk menyampaikan kebenaran.

Lihatlah hari ini di Jakarta. Pendukung Ahok yang seharusnya “kalah” tak lantas melakukan aksi brutal. Lagu Garuda Pancasila, Rayuan Pulau Kelapa, Maju Tak Gentar, Indonesia Pusaka, hingga Syukur berkumandang, menyusul lagu-lagu kebangsaan negeri yang liriknya menyentuh sanubari. Saya yang mendengar, merasa tertunduk, merasa begitu kerdil di hadapan Indonesia yang meminta generasinya tidak patah semangat.

Ini kali kedua hati saya terkoyak oleh lagu leluhur yang seperti menitipkan pesan. Ketika berdiri di perbatasan, menyaksikan pendidikan tidak berarti apa-apa, kemudian kali kedua, ketika melihat Ahok dalam “kekalahannya” tetap tunduk pada hukum serta tidak lantas menghujat, padahal saya tahu lisan Pak Ahok yang kadang tak bisa dikekang.

Lagu-lagu ini terdengar pilu apalagi dinyanyikan begitu sendu. Sang pemimpin, Djarot dan Adi MS, membuat saya percaya bahwa lagu-lagu ini akan menjadi spirit kebangkitan bagi Ahok. Ahok tidak boleh mundur. Dipenjaranya Ahok bukan berarti kesialan. Sudah saatnya menimbun diri untuk mempersiapkan segalanya.

Hari ini, jika Anda atau saya masih takut karena menjadi minoritas, masih takut sebab bukan politisi, masih takut karena hanya rakyat biasa, singkirkan prasangka itu. Tuhan tak pernah menjanjikan jalan selalu rata untuk mereka yang sedang berjuang, apalagi atas nama kemanusiaan, ditambah lagi untuk Indonesia yang mencintai kemajemukan.**

Sumber : geotimes

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed