by

Dibohongi Pake Prabowo

“Dua hari kemudian (8 Januari 2006), beliau mendatangi Pak Jokowi (Walikota Solo) dirumahnya. Gus Dur meminta beliau untuk menjadi Presiden suatu saat nanti. Pak Jokowi yang menjabat sebagai Walikota baru 6 bulan tentu saja kebingungan. Karena untuk menjadi seorang Presiden sama sekali tak terlintas di benaknya. Tapi Gus Dur meyakinkan bahwa jika Tuhan berkehendak, apapun bisa terjadi. Beliau memilih Jokowi karena dianggap sebagai pemimpin yang ikhlas bekerja. “Jangan khawatir, sampean akan banyak yang membantu. Karena sampean orang baik dan ikhlas.” ujar Gus Dur saat itu.”

“Lanjut mbah.. “

“Pada saat yang sama, Gus Dur juga sangat dekat dengan Prabowo. Apalagi Prabowo sering melakukan terapi untuk Gus Dur. Kebetulan dia punya keahlian tenaga dalam untuk terapi kesehatan. “Sampean itu memungkinkan untuk jadi Presiden. Tapi resistensinya akan tinggi. Terutama dari dunia Internasional terkait tuduhan pelanggaran HAM pada sampean. Tapi untuk mengabdi bagi seorang pemimpin seperti sampean, tidak harus menjadi Presiden. Saya ingin sampean ikhlas mengantarkan seorang Jokowi untuk menjadi Presiden. Dia ikhlas bekerja, dan sampean ikhlas berkorban. Ini kombinasi dan pembagian peran yang pas. Sampean harus menjadi lawan Jokowi di Pilpres nanti. Selain untuk memastikan ndak ada lawan lain, sekaligus untuk memetakan siapa saja yang menjadi anasir perongrong negeri ini. Dan sampean harus berperan sebagai inang dan pelindungnya. Seolah-olah dipihak mereka. Karena hanya sampean yang ndak punya ambisi Politik Dinasti di negeri ini. Sebagai langkah awal, sampean harus mengantarkan Jokowi jadi Gubernur DKI dulu. Karena Jakarta adalah etalase Indonesia dan Jokowi akan semakin dikenal seluruh masyarakat Indonesia.” Begitu kira-kira yang disampaikan Gus Dur pada Prabowo.”

“Berarti sebenarnya tidak ada pengkhianatan di Perjanjian Batu Tulis 2009 ya mbah?”

“Pinter kamu le! Yang ada jatah (giliran) Prabowo 2014 “diberikan” ke Jokowi lewat Bu Mega. Ya jelas Bu Mega mau dong. Jadi Pak Jokowi itu sebenarnya Petugas NKRI, bukan Petugas Partai. Hehehe..”

“Terus, bagaimana dengan 2019 nanti mbah?”

“Sejak Rezim Transparansi Keuangan Global sudah bekerja, banyak “ATM Politik” yang terkatung-katung di luar negeri. Ditambah lagi pasca Tax Amnesty yang digagas Jokowi. Duit ribuan trilliun itu jadi buah simalakama. Uang pulang jadi binasa, tak pulang tak berguna. Makanya sekarang belum ada yang percaya diri jadi penantang Jokowi. Malah semua kebelet jadi Cawapresnya. Bisa jadi Prabowo ambil peran seperti 2014, sebagai pemecah suara atau bahkan jadi Cawapres Jokowi. Semua kemungkinan bisa terjadi. Tapi yang jelas, Jokowi harus dikawal untuk periode kedua. Menariknya lagi, kini sudah ada catatan2 tebal siapa saja perongrong negeri ini khususnya pasca 212 atas peran “si martir” Ahok yang sebenarnya juga kader Prabowo.”

“Oalah.., Begitu toh ceritanya? Pantesan dulu Jokowi-Ahok gak pake mahar. Berarti banyak yang dibohongi pakai Prabowo ya mbah? Termasuk presidium dan alumni 212? Rasanya kok gak masuk akal ya??!!”

**********************
Makanya, atas kejadian SILIT ini, saya tidak pernah menulis hal buruk tentang Prabowo. Tapi bagi saya, ini tetap menjadi SILIT yang tidak masuk akal. Namanya juga SILIT? Jadi, gak usah terlalu dipercaya.

Sumber : Status Facebook Fadly Abu Zayyan

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed