by

Di Balik Kemenangan Owi-Butet di Indonesia Open 2017

 

Saat maghrib tiba, saya melihat Tontowi salat sendirian di sudut ruangan, dengan kaos merah yang akan dipakainya di lapangan. Sementara di meja besar dua meter darinya, Butet membuka iPad dan tekun menyimak video pertemuan lamanya dengan calon lawannya itu. 

Begitulah. Dua jam kemudian, pasangan ini memecahkan paceklik gelar superseries di rumah sendiri dengan memenangi gelar ganda campuran Indonesia Open 2017, dua set langsung. Mereka memenangi hadiah turnamen sekitar Satu Miliar Rupiah — buah dari kerja keras, kekompakan, kematangan dalam mengatasi perbedaan. 

Dulu, saya pernah bercerita tentang pasangan ini sebagai wajah Indonesia. Tontowi Ahmad-Liliyana Natsir adalah padu-padan Indonesia dalam arti sebenar-benarnya.

Tontowi berasal dari Banyumas, Jawa Tengah, sementara Liliyana Natsir dari Manado, Sulawesi Utara. Owi lahir dan besar di keluarga muslim dan mulai senang bermain bulutangkis saat belajar di pesantren, sementara Butet dari keluarga Katolik yang taat. Setiap kali memenangi sebuah laga, Owi menengadahkan tangan dan mengucap syukur, di sebelahnya Butet menyilangkan isyarat salib di dadanya.

Seperti yang saya saksikan menjelang pertandingan petang kemarin: Tontowi tampak khusyuk dalam salatnya, di sampingnya Butet duduk dengan tekun mengira-ngira kekuatan lawan.

Adakah yang lebih indah dari paduan ganda campuran kebanggaan Indonesia ini? Perbedaan yang tak pernah meletup jadi sengketa tapi melebur jadi anugerah: gelar juara di mana-mana? 

Selamat untuk Owi dan Butet!

 
(Sumber: Facebok Tomi Lebang)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed