by

Devils Tree di Monas

Sedikit diketahui tentang pohon Pulai (Devil’s Tree) yg difungsikan sebagai pohon penghijauan di beberapa kota di kawasan Asia Selatan, terkait dgn kemampuan konversi polutan dan penyerap air. Pohon Pulai lebih dikenal sebagai pohon pekarangan yg bagian pohonnya dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Pemilihan pohon Pulai ini jelas tidak mencontoh Singapore seperti halnya konsep naturalisasi, karena Singapore sendiri menempatkan 2 keluarga pohon Mahoni dari “10 pohon Singapore”, termasuk juga pohon Ki Hujan dan Angsana dan tanpa menyebut pohon Pulai (photo 1)

Dari karakterristik pohon Pulai yg cenderung meninggi dgn canopy sempit dibandingkan pohon Mahoni, sebenarnya tidak sesuai dgn lokasi penanamannya sekarang. Pohon Pulai kelak akan menjulang sendirian di antara pohon-pohon lainnya di pelataran Monas (photo 2). Perlu diingat bahwa Monas bukan Central Park di New York yg nyaris seperti hutan dalam kota atau arboretum seperti Kebun Raya Bogor. Monas adalah monumen yg pelatarannya dimanfaatkan sebagai hutan kota tanpa mengurangi keindahan dari monumennya sendiri. Pemanfaatannya sebagai hutan kota yg sering disebut paru-paru kota harus maksimal dgn keterbatasan lahan yg ada. Pemilihan species pohon yg tumbuh di pelatarannya harus sedetail mungkin sesuai peruntukannya. Tidak perlu ada species pohon seperti anomali yg menjulang tinggi menyaingi monumen.

Ratusan pohon Pulai pengganti sudah ditanam pada lokasi sekitar pinggiran plaza Monas yg baru atau bekas tegakan pohon Mahoni dan sebagian lagi akan ditanam pada lokasi sekitar yg masih jarang kerapatannya.
Dari rencana penanaman ini muncul beragam pertanyaan baru. Bagaimana menentukan kerapatan pohon yg ada? Apakah sudah pernah ditentukan indeks kerapatannya? Apakah nanti ada perlakuan yg berbeda antara species satu dan lainnya? Apakah pernah dilakukan thinning, pruning dan cutting sesuai kondisi lingkungan dan speciesnya? Pernakah memikirkan kompetisi di antara species pohon yg ada? Dan pertanyaan paling penting adalah apakah pengelolaannya ditujukan sebagai arboretum atau sebatas hutan kota saja?

Semua pertanyaan di atas tidak akan digubris. Pengelolaan vegetasi di Monas memang tidak sepenuhhya benar sejak lama, dan mencoba menjawab pertanyaan di atas hanya akan memperjelas bahwa upaya perbaikan pengelolaan vegetasi di Monas justru semakin parah.

Gitu ya

* pertanyaan tambahan dari teman dgn nickname diospyros, “kayu hasil tebangan itu siapa yg ambil? Itu mahoni lho”

Sumber : Status Facebook Yamin El Rust

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed