by

Debat Terakhir, Anies dan Sandi Tak Memberi Jawaban

Namun keunggulan itu tak berlaku dalam perkara birokrasi. Dan ini berakhir dengan mengenaskan dalam momen ketika Djarot diberikan kesempatan bertanya pada Sandi. Djarot bisa mencium kelemahan Sandi perkara birokrasi, dan itulah yang ditanyakan: bagaimana cara membantu Gubernur dalam menyusun KUA-PPAS.

“Apa itu KUA, Pak? Supaya orang di rumah juga tahu,” kata Sandi.

Di saat seperti itu, kita melihat bagaimana Djarot dengan kejemawaan seorang resi pada muridnya, memberi kuliah umum 3 SKS tentang Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara. Sandi yang sudah terlihat kalah, menjawab sekenanya tentang pengalamannya mengelola perusahaan.

“Pengelolaan keuangan di perusahaan dan negara itu berbeda,” kata Djarot santai.

Pasangan Anies Sandi juga tampak keteteran ketika disodori pertanyaan soal rumah DP 0 persen. Pihak lawan dengan cerdik membenturkan pernyataan berbeda Anies dan Sandi soal penghasilan orang yang bisa mendapatkan rumah. Ahok juga tegas bertanya tentang bentuk rumah yang akan disediakan Anies dan Sandi: rumah tapak atau rumah susun.

Banyak orang tahu bahwa wacana rumah dengan uang muka 0 persen ini sempat jadi diskusi panas nan panjang. Hingga menjelang debat terakhir, memang tak ada penjelasan yang memuaskan. Bahkan Anies dan Sandi sempat mengungkapkan konsep yang berbeda.

Pada debat di Mata Najwa, Anies mengkritik bentuk rusun yang saat ini jadi andalan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Namun empat hari kemudian, Sandi mengatakan kalau rumah murah ini akan berbentuk rumah susun, meniru konsep Housing and Development Board, Singapura. Begitu pula yang awalnya uang muka 0 persen, jadi ada syarat tambahan berupa tabungan Rp2,3 juta per bulan selama 6 bulan. Ahok tahu program ini jadi jualan utama Anies-Sandi, tapi sekaligus jadi titik lemah karena belum ada konsep yang jelas.

“Rumah yang bapak sediakan itu tapak atau rusun? Lalu untuk orang yang berpenghasilan minimal 3 juta atau 7 juta? Karena Pak Sandi pernah bilang, orang yang berpendapatan di bawah 4 juta tidak mungkin beli rumah di Jakarta, dan Pak Sandi bilang harus rumah susun karena lokasi lahan engak ada,” cecar Ahok.

“Kami tidak membicarakan pembangunan rumah. Yang kami siapkan adalah instrumen pembiayaan. Karena itu, warga siapa saja bisa membeli. Pilihannya beragam. Tapak atau susun. Kami tidak membangun rumah. Kami kasih pilihan sesuai yang mereka mau,” jawab Anies.

“Tidak menjawab yang saya tanya,” balas Ahok.

Penonton sadar bahwa jawaban Anies memang mengambang, alias tidak menjelaskan apa-apa. Jelas terlihat bahwa program rumah dengan uang muka 0 persen itu lebih tampak sebagai titik lemah pasangan nomor 3 ini. Dan ketidakmampuan Anies menjawab program andalannya semakin parah dengan celetukan Ahok yang bilang bahwa apa yang diomongkan Anies adalah retorika belaka.

“Saya terus terang dari tadi tidak menemukan jawabannya ya. Ini tuh retorika,” kritik Ahok atas jawaban Anies.

Debat terakhir sayangnya tidak berhasil membuat Anies tambah mengkilap. Ini tentu mengkhawatirkan, karena dalam hasil survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting, Anies-Sandi hanya unggul 1 persen dari lawannya. Tren dukungannya juga berbeda. Dalam sebulan terakhir, dukungan pada pasangan Ahok-Djarot naik 3,1 persen. Sedangkan Anies-Sandi turun 2,8 persen. Salah satu penyebab turunnya dukungan ini adalah debat yang disiarkan di televisi. Saat debat di Mata Najwa, 45 persen warga Jakarta menonton debat, dan 63 persennya menilai Ahok unggul ketimbang Anies.

 “Karena unggul di debat, elektabilitas Ahok dalam sebulan terakhir cenderung naik. Sebaliknya Anies, karena tidak unggul dalam debat, elektabilitasnya cenderung sedikit menurun,” ujar keterangan di situs Saiful Mujani.

Apakah debat terakhir tadi malam adalah sinyal bahaya untuk pasangan Anies-Sandi? Jawabannya tentu baru bisa dilihat tanggal 19 April 2017. 

Sumber : Tirto.id

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed