by

Dari Machine Learning Ke Khilafah

Banyak sekali paper ditulis mengupas IPM dengan berbagai variasi. Namun Simplex masih tetap paling disukai mengingat solusinya yang global optimal. Dengan kemajuan teknologi komputasi, problem LP skala besar masih bisa diselesaikan dengan Simplex dalam waktu yang cepat. IPM tidak seperti yang dibayangkan ketika awal dilaunching, bahkan ketika itu majalah Times pun ikut membahas karya Kamarkar yang sangat akademis itu. Namun sampai kini masih kalah populer dibanding Simplex.

Dalam ranah lain, ketika para pembelajar agama di tahap awal atau orang yang pengetahuan agamanya terbatas dan tidak dibarengi dengan pengetahuan sejarah, antropologi, sosiologi maupun filsafat, mungkin akan menganggap paradigma baru yang disampaikan dengan memikat dipercaya sebagai senjata ampuh menyelesaikan segala persoalan. Dalam hal ini langsung saja saya sebut, khilafah. Konsep khlafah adalah konsep tentang sistem kekuasaan bukan persoalan agama..

Tetapi memperkenalkan konsep itu lewat ajaran agama akan lebih memikat , mudah masuk ke dalam ingatan orang atau hati para pembelajar dan dianggap sebagai amalan agama berpahala jannah. Tapi bagi mereka yang sudah lama belajar soal agama, ilmu pemerintahan, sejarah, filsafat dan ilmu sosial yang lain, akan sadar bahwa sistem khilafah hanyalah salah satu pilihan. Dia tidak akan bagus dalam segala kondisi. Apalagi jika sistem atau konsepnya sendiri belum jelas, maka akan sangat banyak hal yang masih perlu penyempurnaan dan langkah-langkah pendahuluan sehingga sistem itu bisa diterapkan.

Mirip seperti tune in parameter dalam supervised learning. Pembelajar pemula dengan sedikit wawasan dan pengalaman, cenderung percaya khilafah itu sebagai senjata sapu jagad. Segala persoalan jawabannya adalah khilafah!!

Padahal belum pernah belajar atau menganalisis sistem yang lain. Padahal di sana belum jelas seperti apa nanti sistem ekonominya, sistem perbankannya, sistem moneternya, sistem hubungan luar negeri, sistem jaminan kesehatan, sistem pengelolaan SDA, sistem pendidika , dsb. Belum lagi jika ngomong detil apakah akan ada kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, parlemen, kejaksaan, kehakiman, dsb. Berderet-deret ketidakjelasan yang lain. Semua masih gelap kecuali menerapkan syariah Islam. Itu pun perlu detil operasionalnya. Para pembelajar hanya bermodal keyakinan tanpa sifat kritis lalu menerima khilafah sebagai jalan keluar segala macam masalah.
Seperti pembelajar data mining yang hanya kenal SVM lalu ngefans berat. Pendekatan lain akan dianggap inferior. Bedanya para fans SVM tahu ada bukti analytic dan empirik, dan tidak berpikir itu sebagai tiket ke surga, itu hanya tool dalam machine learning. Khilafah belum ada tinjauan analitik maupun empirik, modalnya hanya keyakinan. Gimana mau ditinjau secara analitik jika ketua organisasinya saja belum paham detil konsep yang diusungnya. Pernahkah ada cerita sukses sistem khilafah diterapkan?

Pokoknya khilafah. Yang lebih aneh lagi adalah para pengikutnya yang pernah belajar metodologi penelitian dengan konsep statistik inferensinya. Mereka percaya hipotesa tanpa data. Mereka yakin segala persoalan toolnya sama.

Sumber : Status Facebook Budi Santoso Purwokartiko

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed