by

Corona Bukan Cuma Epidemi VIrus tapi juga Epidemi Isu

Beberapa media lokal menulis ada 136 suspect Corona. Anggota DPD Fahira Idris menyebarkan infonya. Ternyata info itu palsu. Pemerintah Indonesia memastikan kesemua orang tersebut tidak ada yang terdampak Corona.

Corona memang virus yang mewabah. Di China ada 85 ribu yang tertular dengan tingkat kematian 2 ribuan orang. Selebihnya pasien terbanyak ditemukan di Korea, Iran dan Italy. Lalu ada Taiwan, Singapura, Jepang, sampai Saudi Arabia dan beberapa negara Afrika.

Sejak kemunculan virus Corona media-media AS memang gencar memberitakan ketakutan. Dunia dibuat panas dingin. Akibatnya China gak lagi sempat memikirkan perang dagang yang sedang sengit berhadapan dengan AS. Mereka dipaksa keadaan memberesi negerinya dari hantaman badai virus.

Melalui isu Corona ini, China seperti diembargo dunia. 

Setiap saat berita di media dunia menyebarkan ketakutan. Mau tidak mau sampai juga gelombangnya ke Indonesia. 

Statemen WHO bahwa jangan ada negara yang kepedean mengatakan negerinya tidak terkena Corona, jelas menandakan bahwa seluruh dunia harus punya ketakutan yang besar atas virus ini.

Bedakan dengan saat virus H1N1 menyerang dunia. Virus yang bermula di AS itu akhirnya menyerang 760 juta orang di seluruh dunia, dengan tingkat kematian 280 ribu orang.

Dunia memang sempat heboh dengan virus yang kita kenal dengan flu babi itu. Tapi media-media mainstream gak segencar saat memberitakan kehebohan Corona. 

AS juga tidak menutup kota meski sejak 2009 sampai 2010 ada 12 ribu warganya yang meninggal. Sampai akhirnya virus tersebut menyebar ke hampir semua negara di dunia.

Beberapa hari lalu ada pasien di RS Kariadi Semarang, meninggal. Mulanya dikira terkena Corona. Nyatanya terserang H1N1. 

Tapi media dan kehebohan sudah melanda seluruh dunia. Gencarnya pemberitaan berhasil membetot perhatian. Semua orang panik. 

Artinya, Corona bukan hanya penyebaran virus tetapi juga distribusi isu dan ketakutan. Penanganannya bukan cuma teknis pervirusan dan kesehatan. Harus juga mengkaitkan strategi komunikasi.

Sampai saat ini, setidaknya dari sumber resmi, di Indonesia belum ditemukan pasien positif Corona. Persoalannya sejauh mana info itu dipercaya publik. Jadi bukan soal virusnya. Juga soal kepercayaan orang pada komunikasi yang dibangun pemerintah.

Kita pasti akan pusing, kalau Menkes Terawan melulu bergaya kayak ustad ketimbang seorang dokter dan Menkes. “Banyak-banyak berdoa aja,” ujarnya.

Mungkin maksudnya menenangkan. Tapi statemen seperti itu yang disampaikan terus-terusan gak cukup. Malah terkesan gak ada langkah konkrit mencegah penyebaran virus ini.

Mungkin pemerintah sudah bekerja keras untuk menangani virus. Laboratorium di Indonesia juga gak kalah canggihnya. RS disini gak kalah hebat. Tapi, sekali lagi, publik butuh dibangkitkan kepercayaanya. 

Yang dilihat orang, di Bandara gak ada deteksi khusus penumpamg yang baru turun dari pesawat luar negeri. Penumpang hanya dikinta deklarasi apakah sedang demam? Hallo.

Sampai saat ini tidak kentara langkah nyata Depkes selain bikin poster yang gambarnya jelek. 

Isu Corona terus membuat gaduh. Publik gak tenang. Ini sedikit gambaran informasi resmi gak mendapat tingkat kepercayaan memadai. Sebuah sinyal bahaya bagi pemerintah.

Dalam kondisi gaduh isu seperti, Indonesia seperti gak punya Kementerian Kominfo. Gak ada inisiatif yang signifikan dari sana untuk melakukan strategi komunikasi meredakan kegaduhan. Orang dibiarkan mikir sendiri-sendiri. Media dibiarkan mengais-ngais berita sesukanya. Kominfo cuek bebek. Sibuk dengan dirinya sendiri.

Mungkin Menterinya lebih sibuk tari piring ketimbang menghandle penanganan informasi publik. Parah.

Disisi lain, orang-orang kayak Somad dan gerombolannya suka menspin isu Corona dengan dalil-dalil agama. Dalam sebuah ceramah, Somad bahkan meyakini Corona adalah tentara Allah yang menyerang China. Dikaitkan dengan isu Uighur.

Emangnya saat Saudi membantai muslim Yaman. Corona kemana?

Lengkaplah kekacauan ini. Dan sebagian pegawai Kominfo kayaknya masih happy dengerin ceramah Somad. Boro-boro bertanggungjawab menjelaskan. Malah membiarkan kebodohan bertebaran.

Sekali lagi Corona bukan epidemi virus saja. Tetapi juga epidemi isu. Virusnya mungkin biasa. Gak lebih dasyat dari demam berdarah. Tapi dampak isunya luar biasa. 

Kita sudah merasakan dampak isunya. Pariwisata di Bali sempoyongan. Sektor industri degdegan. Perdagangan mandeg.

Penanganannya bukan cuma soal teknis kesehatan. Tetapi juga strategi komunikasi. Pemerintah boleh bekerja hebat, kalau publik gak percaya. Buat apa?

Dan sialnya. Kita terlanjur punya Departemen Komunikasi dan Informatika. Budgetnya besar. Menterinya Johny Plate adalah utusan Partai. Tapi entah apa yang diurusin. 

“Tari piring itu, mas,” celetuk Kumkum.

 

(Sumber: Facebook Eko Kuntadhi)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed