by

China Negara Otoriter Tapi Mengapa Maju

Hal itu adalah hasil tempaan yang lama…, dan penuh jerih payah melalui keterlibatan penuh pengabdian di dalam komunitasnya.

Proses ini bukan sebentar…; puluhan tahun bertekun…, kadang harus bergerak melawan arus…, dan tak jarang berkorban untuk para pengikut.

Dari proses inilah lahir kepemimpinan…, dengan ide-ide dan perbuatan-perbuatan besar…, serta cinta besar yang membawa perubahan.

Ia nampak berkilau ditengah komunitasnya…, sehingga menjadi harapan bagi banyak orang.

Semua proses itu…, dikawal ketat oleh para Kader Partai Komunis yang ada di semua level.

Jadi…, tidak mungkin orang bisa langsung atau instant menjadi elite politik di China…, ada proses panjang yang harus dilaluinya.

Sedikit saja cacat…, maka dia akan tersingkir oleh lingkungannya dan pasti gagal dalam nominasi masuk sebagai anggota delegasi.

Tidak seperti dalam sistem demokrasi liberal…, dimana siapapun bisa menjadi pemimpin di semua level.

Tidak perlu terkejut…, bila barisan pelawak dan artis jadi caleg…; karena restu partai.

Tidak perlu terkejut…, putra-putri pejabat partai pun jadi caleg karena restu partai.

Tidak ada yang aneh…, karena ini sudah lazim dalam sistem demokrasi.

Tokoh tidak lagi dilahirkan…, tapi diciptakan oleh ‘marketing mix communication’.

Ditambah bumbu politik uang…, maka jadilah orang itu elite politik…; bisa di partai…, bisa pula di pemerintahan.

Mereka seperti ‘mie istant’…, yang semua bumbunya adalah hasil rekayasa biotek…, bukan natural.

Mereka naik terlalu cepat…, sebelum karakter dan kualitas moral mereka ditempa komunitas yang mereka pimpin.

Dicangkokkan dari luar…, mereka tidak berakar dalam komunitas itu.

Seperti produk mie instant…: rasa soto tapi bukan soto…, rasa ayam tanpa ayam…, rasa pedas tanpa cabe.

Makanya jangan kaget…, bila setelah mereka berkuasa tidak ada yang sesuai dengan janjinya…, karena semua palsu dan menipu.

Mengapa Komunis di China bisa solid…, sementara di Negara lain seperti Uni Soviet justru komunisme bangkrut…?

China dari dulu sampai sekarang…, secara sosiologis maupun antropologis tak mungkin menjadi materialis…, seperti yang dialami barat yang otomatis marxisme adalah turunannya.

Masyarakat China…, adalah masyarakat yang selalu percaya akan adanya kekuatan lain di luar dirinya…, yang menguasai alam serta isinya dan ini bersifat gaib.

Ada berbagai kepercayaan di China…; seperti animisme…, dinamisme…, dan agama Hindu…, Buddha…, Kristen…, Islam…, yang dianut oleh sebagian penduduk China.

Teori revolusi Marx…, hanyalah sebagai metode bukan sebagai dogma.

Oleh karena itu…, Marxisme bagi China dipahami dalam kerangka teoritis…, dan penerapannya amat tergantung pada kondisi masyarakat dimana ia tinggal.

Jadi yang penting dari Marxisme adalah penerapan metode Marx dalam berpikir…, bukan menjalankan hasil dari cara berpikir.

China tetaplah China…, yang membumikan budaya dan agama dalam mengelola komunitasnya.

Maka hasilnya selalu betujuan untuk kepentingan bersama…, bukan individu atau golongan.

Jadi untuk apa banyak partai dan banyak bendera…, seperti paham Demokrasi Liberal yang ada di Barat dan USA…, bila kenyataanya hasilnya hanyalah untuk kepentingan pemodal dan Partai…, sementara rakyat banyak terjajah oleh sistem…?

Rahayu

Sumber : Status Facebook Buyung Kaneka Waluya

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed