Menurut Prabowo jika aksi demontrasi dihadapi oleh TNI, maka tuduhan pelanggaan HAM kepada TNI akan semakin kuat. Kiki menolak rencana Prabowo, menurutnya tidak arif, dangkal pertimbangan dan ceroboh. Akan menimbulkan konflik horizontal ditataran akar rumput. Tentu akan berimbas kepada korban jiwa.
Terjadi ketegangan antara Kiki dan Prabowo. “Wo, lalu siapa yang bertanggung jawab jika ada korban dalam benturan antara demonstran dengan massa tandinganmu itu? Tetap saya yang bertanggung jawa kan, bukan kamu?” kata Kiki dengan nada tinggi.
Prabowo menjawab. “Kan implementasinya bisa diatur! Bisa dikendalikan! Korem harus bisa mengedalikan! Abang selama ini telah gagal… Justru saya mau membantu,” kata Prabowo dengan nada tinggi. Dalam ketegangan tersebut hampir terjadi baku hantam antara Prabowo dan Kiki. Setelah itu, Prabowo langsung pergi meninggalkan ruang Danrem.
Peraelisihan ke 2, Kala itu, Kiki Syahnakri menerima kunjungan kerja Ketua Bappenas dan Menteri Tenaga Kerja. Dalam rombongan tersebut Prabowo ikut. Prabowo masih menjalankan Operasi Melati dengan salah satu programnya adalah menerbitkan buletin ditujukan untuk membentuk opini warga Timtim.
Sementara itu, Korem Dili dengan aparat Muspida NTT, sejak jauh-jauh hari sudah menerbitkan surat kabar. Penerbitan surat kabar tersebut bertujuan untuk mengimbangi pemberitaan media massa asing yang cenderung tendensius dan menyudutkan TNI.
Pada saat jamuan makan siang, Prabowo mencak-mencak dan ngamuk.
“Ini apa lagi? Kenapa Korem selalu ingin menggagalkan apa yang kami lakukan?” kata Prabowo dengan nada kesal dan ketus di hadapan para tamu. Mendengar umpatan Prabowo, Kiki yang tengah duduk tidak jauh langsung menghampiri Prabowo dan menanyakan masalah tersebut.
“Ada apa lagi, Wo? Emang Korem mau mengagalkan apa lagi?” kata Kiki dengan nada tinggi.
Selama beberapa menit terjadi ketegangan dan adu mulut antara Kiki dan Prabowo. Sementara itu para tamu hanya duduk terdiam saja menyaksikan pertengkaran antara keduanya. Setelah itu hanya berselang dua minggu usai perselisihan tersebut, jabatan Kiki sebagan Danrem Timtim segera berakhir.
Dari peristiwa ini, tidak heran jika reformasi 98, kami mahasiswa dihadap-hadapkan dengan kekuatan sipil Pamswakarsa embrio FPI. Penculikan para aktivis dan pembunuhan. Karena di Timtim Soeharto melalui kaki tangannya sudah melakukannya. Sekarang polanya hampir sama, orang orang itu juga, kelompok itu itu juga. Cuma beda sisi berpijaknya saja.
(Sumber: Status De Fatah)
Comment