“Saya ingin inflasi kita bisa ditekan lagi sampai 1-2%,” ujar Presiden Jokowi di depan Kepala Daerah dari seluruh Indonesia. Itu sama saja Presiden ingin menjaga agar harga-harga jangan sampai naik.
Di jaman Jokowi harga barang-barang relatif tidak ada kenaikan signifikan. Dan karena inflasi yang rendah itulah, salah satunya, angka kemiskinan bisa menurun.
Jadi kalau ada yang bilang bahwa di jaman ini harga-harga naik dan orang miskin bertambah, itu jelas kebohongan.
Ada yang berdalih, standar miskin Bank Dunia (BD) apabila pengeluaran seseorang itu 1,9 dolar sehari. Sementara standar miskin menurut BPS pengeluaran orang Indonesia Rp 20 ribu sehari. Harusnya, jika mengikuti standar BD, angka kemiskinan bertambah karena 1,9 dolar setara Rp 28 ribu, bukan Rp 20 ribu.
Mereka menuding Menkeu berbohong ketika mengumumkan angka kemiskinan kita menurun. Karena mereka beranggapan standar 1,9 dolar BD itu sama dengan angka kurs. Padahal yang dimaksud BD adalah kemampuan daya beli atau PPP. Dalam hitungan PPP, 1 dolar tidak sama dengan Rp 14.000.
Begini deh, contohnya. Di Indonesia kita bisa makan satu Cheese Burger McD Rp 30 ribuan (2,1 dolar AS). Sementara kalau kamu makan Cheese Burger di McD Orlando harganya US 6 dolar AS. Artinya dari hitungan daya beli (PPP) burger, angka 2,1 dolar di Indonesia setara dengan 6 dolar di AS.
Berapa standar PPP 1 dolar di Indonesia? Sekitar Rp 5000. Jadi orang disebut miskin ekstrim di Indonesia apabila pengeluarannya 1,9 dolar PPP atau setara Rp 9.500 sehari.
Sedangkan BPS menetapkan angka miskin kita setara pengeluaran Rp 20 ribu sehari. Atau setara 2,6 dolar PPP. Nah, standar kemiskinan di Indonesia justru jauh lebih tinggi dibanding standar kemiskinan ekstrim BD.
Sorry saya bicara agak ruwet. Intinya saya cuma ingin menggambarkan betapa Prabowo dan SBY sedang berbohong ketika bicara bahwa BUMN kita tambah rugi dan angka kemiskinan kita meningkat.
Kenapa mereka gemar berbohong untuk menjatuhkan lawan politiknya? Karena mereka anggap rakyat Indonesia bodoh. Mudah dikibuli dan ditipu.
Wajar sih. Penduduk Jakarta saja mudah dikibuli kok. Padahal Jakarta adalah ibukota.
Akibatnya sekarang. Ada Gubernur yang lagi sibuk mencari di mana letak ketiak kali item. Mau diolesi deodorant. Biar gak bau lagi.
“Semoga nanti kita gak punya Presiden yang sibuk mencari di mana letak kelamin Kuda Lumping, mas,” ujar Bambang Kusnadi.
“Kelamin kuda lumping, ya, di punggung dong, Mbang,” jawab Abu Kumkum.
Sumber : Status Facebook Eko Kuntadhi
Comment