by

Catatan Tentang Ayah

Untuk menilai sikap Jokowi terhadap keluarga itu mudah. Lihatlah bagaimana beliau mengajarkan anak2nya dalam kesederhanaan meski dalam kekuasaan. Bukan memanfaatkan jabatan untuk memberikan fasilitas demi kesenangan.

Memberikan yang terbaik juga tidak harus bermewah2. Selain itu mewah dan megah acara pernikahan sangatlah relatif penilaiannya. Bagi yg melaksanakan pesta pernikahan dikampung, mungkin pesta pernikahan Kahiyang tergolong mewah, tapi bagi putri seorang Presiden, pesta pernikahan ini tergolong sederhana. Diadakan di Gedung dan rumah milik pribadi, bukan di gedung mewah layaknya pejabat. Bahkan Jokowi sebagai Presiden, tidak meniru pendahulunya yang menggunakan Istana sebagai tempat acara pesta pernikahan putranya.

Untuk menekan biaya, nepotisme dilakukan untuk penyediaan catering. Padahal biasanya nepotisme dilakukan untuk berbagi proyek pemerintah untuk saudara atau kalangan dekat dalam mencari untung. Sangat bodoh bila ada yg mengatakan anak tertua Jokowi, Gibran, mendapat untung dari acara pernikahan kakaknya. Yang ada mungkin nombok.

Pesta pernikahan Kahiyang Ayu dan Bobby menjadi meriah bukan karena kemewahan tapi karena dinikmati seluruh kalangan. Bukan hanya karena hadirnya para pejabat dan petinggi negara, tapi rakyatpun ikut merasakan secara langsung pesta ini. Rakyat diberi tempat untuk hadir, bukan hanya sebagai penonton diluar pagar.

Jadi untuk para badut Senayan, cobalah menjadi ayah yg baik. Bukan ayah yg terkena penyakit nyinyirocholic terhadap putri orang lain, tapi membiarkan putri sendiri bebas seperti tak terkendali.

-TYVa-

Sumber : Status Facebook Riza Iqbal

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed