by

Cara Relawan Sholat Saat Salurkan Bantuan di Rohingya

Itu sekelumit cerita para relawan yang terjun ke sana, sejak 2012. Kisah Bang Muhammad Kaimuddin dari PKPU, sosok yang wajahnya saja dikira orang Rohingya. Aslinya, dia dari Maluku Indonesia.

Siang tadi bakda Jumatan diskusi kecil di kantor Baitul Maal Muamalat (BMM), yang akan menitipkan satu miliar dalam beberapa tahap. Utamanya untuk logistik dan kesehatan. Semacam klinik sederhana di Sitwee negara bagian Rakhine.

Cerita lainnya tentang salat yang tersembunyi. Para relawan pengantar logistik harus banyak akal. Salat di atas speedboat tidak perlu kentara dan demonstratif. Bukan apa-apa, hal itu sensitif di negeri yang bangsanya terpolarisasi sangat akut oleh agama: Islam dan Buddhis.

Maka, pembawa beras untuk Rohingya perlu pandai siasat. Fikih salat perlu diambil kedaruratannya. Tak perlu terlihat demonstratif, cukup khauf atau isyarat menggerakkan kepala, tangan dan jejari.

Oh ya, relawan Indonesia jangan lupa bawa miniatur Candi Borobudur. Itu oleh-oleh sangat berharga. Berikan kepada pemerintah lokal Myanmar atau lembaga lokal. Sampaikan bahwa itu tempat ibadah Budhha terbesar di dunia, ada di tengah masyarakat muslim Magelang Indonesia, aman damai dan tak dirusak sama sekali. Bahkan, pembuat patung Buddha di Muntilan, usai menatah patung Gautama, dia dendangkan salawat Nabi. Tak masalah. Toleransi wujud di Magelang.

Banyak kisah suka duka relawan Myanmar. Rohingya bukan sekedar urusan solidaritas Islam. Dia urusan kemanusiaan. Maka selesaikan dengan cara manusia: muamalah dalam perdamaian.

Nantikan tulisan lanjutan.

Sumber : Status Facebook Amin Sudarsono dengan judul Asli Berikan Patung Borobudur

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed