by

Cara Mudah Deteksi Afiliasi Faham Radikal

Ia tidak takut meski di depannya banyak bedil siap dipisahkan pelurunya. Seberani itulah bila siap melawan radikalisme.

“Betul Mas, yang jenengan katakan memang benar. Polisi yang jenengan tuding itu memang radikal, mendukung khilafah dan benci NU,” kata beberapa pejabat kepolisian yang menghampirinya, membisikinya usai acara.

“Kok jenengan diam saja?”

“Kan kita sama-sama di instansi yang sama. Hanya NU yang bisa mengingatkan,” kata salah satu mereka ke Gus Nuruzzaman.

Di BAIS juga sama. Banyak tentara yang dia ajar ternyata juga bertanya tidak mutu, “apa perbedaan khilafah dan HTI?” Parah nian. Dan Gus Nuruzzaman diminta mengisi kuliah di kampus tersebut untuk perbaikan.

Untuk mendeteksi mereka berpaham radikal atau tidak, solusinya gampang: lihatlah bahan bakunya. Bila sering menggunakan bahan baku wahabisme (mudah mengafirkan), guru-guru ngajinya kok ustadz wahabi atau NUGL, tanpa ragu saja, mereka akan mudah menjadi radikal, ekstrimis bahkan teroris. Bahan baku semuanya hanya satu: wahabisme.

Bila ada kelompok yang ngelunjak melaporkan Gus Muwafiq tapi diam atas penceramah lainnya yang sangat menghina Nabi Muhammad Saw. sejak dari hakikatnya yang rahmatan lil alamin, jangan ragu lagi, langsung saja berani sebut dia terdeteksi; kalau bukan FPI, NUGL, HTI, ya wahabi-wahabi kadrun.

Gara-gara sikap ini, saya kerap dibully. Di sebuah grup alumni pondok, pernah terjadi pro-kontra pernyataan UAS soal haram catur, yang viral beberapa pekan lalu. Ada teman yang menyebut UAS tidak bijak. Teman yang lain menuduh, “sebijak apa kamu dibandingkan ilmunya al allamah UAS?”

Panas. Diskusi jadi debat kusir. Saya menyimak seharian. “Ini bakal ngarah menyerang ke NU,” batin saya, sambil memantau percakapan WAG.

Betul saja. Kiai Said langsung dijadikan kambing hitam.

“Lebih bijak mana dengan kiai yang mengatakan tambah panjang jenggot, tambah goblok”. Maksudnya Kiai Said.

Lhadalah. Betul kan.

“Wahabi detected,” saya bilang. Hahahaha

Langsung saya dibully. Emang gue pikirin.

“Cah kok ngono,” saya ingat kata Gus Baha’.

“Lha piye Gus. Jenengan durung pernah dibully nasional kan?” Jawab imajiner dialog saya ke Gus Baha’. 

Sumber : Status Facebook Abdalla Badri

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed