Oleh : Wulyo Utomo
Seorang pemimpin selain visioner, dia juga harus energik. Mengapa begitu? bagaimana mau membangun optimisme jika dalam bersikap dan berkepribadian, tidak terlihat memiliki semangat tak kenal menyerah. Orang sering mempersepsikan seseorang enerjik itu yang berbadan kekar. Padahal badan kekar itu bisa dikarenakan olahraga yang rutin. Penampilan seseorang enerjik dipengaruhi berbagai faktor. Pemimpin yang punya semangat tinggi biasanya bukan pemimpin yang pemarah, dia mampu mengelola emosionalnya.
Berdasarkan pengakuan para pengawal presiden Jokowi, mereka awalnya tidak tahu apa ekspresi kemarahan presiden. Akhirnya mereka tahu, jika Jokowi bukan orang yang meledak-ledak ketika marah. Kemarahan itu sering tercermin dalam penekanan kata, penekanan intonasi maupun sorot mata yang tajam. Demikian pula dengan kekecewaan dan kesedihan. Acapkali, orang disekitar presiden tidak mengetahui, kapan presiden marah maupun kecewa. Tapi bagi paspampres yang sudah terbiasa mereka bisa memahaminya. Seringkali mereka menangkap jika presiden sedang kesal mereka punya trik untuk tidak banyak campur tangan.
Pada 3 capres kita, baik Anies, Prabowo maupun Ganjar, yang belum atau jarang disaksikan kemarahannya ya hanya Anies. Entahlah, apa dia tidak bisa marah atau diluapkan dalam bentuk lain. Walaupun menemui beberapa program yang gagal, terutama ketika menjadi gubernur tidak ada kemarahan sama sekali. Entah bagaimana para anak buahnya memahami kesalahan mereka jika pemimpinnya menemukan kesalahan. Pantas cara kerja aparatur DKI waktu dipimpin Anies, ya semaunya saja.
Berbeda dengan Prabowo, kemarahan yang pernah tereksploitasi waktu Pilpres 2019. Ketika itu memukul-mukul meja podium berulang lagi. Ada juga saat ditemui wartawan kompas TV, dia terlihat kesal dan menolak diwawancara. Prabowo mempertanyakan pada anak buahnya, mengapa wartawan itu bisa ikut masuk bersama yang lain. Itu kejadian sudah lama. Sementara Ganjar pernah terekam sangat marah beberapa kali ketika menemukan proyek hasil kontraktor yang tidak sesuai spesifikasi. Dia langsung memanggil perwakilan kontraktor dan meminta untuk diganti.
Juga saat sidang di jembatan timbang, menemukan laci penuh dengan uang. Sesaat setelahnya, dia minta Dishub jateng menutup sementara beberapa jembatan timbang di Jateng. Kita jadi tahu dan faham, marah dan emosi tentu manusiawi. Tapi harus juga jelas penyebab dan mencari solusi agar kejadian serupa tak terulang kembali. Berarti dari 3 capres pada Pilpres mendatang bisa dinilai, siapa yang tahu kapan harus marah, kecewa, sedih serta apa yang harus dilakukannya.
Sumber : Status Facebook Wulyo Utomo
Comment