Sekali waktu anggota keluarga saya sakit dan harus berobat, bahkan rawat inap. Tentu biayanya tidak sedikit. Tapi karena sehari-hari kami biasa hidup hemat dan tidak mengeluarkan uang hanya untuk obat2 yang tidak perlu, maka total biaya berobat dalam setahun kami amat rendah nilainya.
Salah satu pos biaya yang menurut Ibu Petugas Sensus menjadi penyumbang terbesar dalam membengkaknya nilai pengeluaran sebuah keluarga adalah biaya rokok. Beliau bahkan sempat curhat bagaimana beliau sedih dan bingung menghadapi defisit keuangan rumah tangganya sementara suaminya tidak sanggup bahkan malah terus meningkatkan konsumsi rokoknya. Sebuah curhat yang hanya bisa saya jawab dengan doa agar masalah beliau bisa segera teratasi, dan saya menjawab pertanyaan sensusnya dengan kalimat : Tidak ada biaya.
Begitu sesi tanya jawab selesai dan saya mengucapkan terimakasih, Ibu Petugas Sensus balik mengucapkan terimakasih dengan mata berkaca2. Menurut beliau, saya bukan saja telah membantu pekerjaannya menjadi lekas selesai dengan cara menjawab yang jelas, tapi juga karena kebersamaan kami yang hanya sesaat itu telah banyak menginspirasi beliau untuk hidup dengan lebih baik, agar biaya2 tidak perlu yang selama ini membebani keuangan rumah tangganya bisa banyak sekali ditekan. Beliau juga berniat untuk membeli pot dan kompos agar bisa menanam cabai dan tanaman2 bumbu dapur lainnya di rumah demi penghematan dan juga kebahagiaan efek berkebun, dimana kebahagiaan ini tentu akan berpengaruh positif pada kesehatan fisik dan mental beliau sekeluarga.
Senang sekali rasanya melihat Ibu Petugas tadi gembira. Beliau mengeluarkan sebuah souvenir mungil, sebuah kantung belanja lipat berwarna biru, dan mengangsurkannya pada saya. Beliau bilang, kantung belanja tersebut hanya sepuluh jumlahnya. Dan beliau memutuskan saya sebagai salah satu penerima souvenir karena dianggap telah bekerjasama dengan amat baik saat menjawab pertanyaan2 beliau yang sedang menjalankan tugas.
Akhirnya beliau pamit dan satu pesan saya sampaikan padanya saat beliau hendak meninggalkan teras rumah kami : Kita bangsa Indonesia adalah bangsa yang makmur. Jangan mau jadi seperti ayam yang mati di lumbung padi. Beliau mengangguk, kembali matanya berkaca2, dan pamit pergi dengan sebelumnya mencium tangan saya seolah saya adalah seorang nenek yang dipamiti cucu yang hendak pergi menjalani hidupnya .
Sumber : Status Facebook Retno Hadiwidjaja
Comment