by

Cara Efektif Membela Jokowi

Lalu bagaimana membelai Jokowi secara efektif? Menurut saya, Jokowi itu sudah sampai pada titik asketis, dimana semua ejekan, fitnah, nyinyir, kecaman, tekanan, dlsbnya itu nyaris tidak ngefek terhadap dia secara pribadi. Ia akan dengan mudah memaafkan dan melupakan. Ia semakin terbiasa dan biasa. Saya justru sangat senang, bila musuh2nya terus menerus menyudutkan, apakah ia dibilang bodoh, dianggap otoriter, difitnah sebagi ngibul, bahkan ketika sudah terlalu mengalah dan diam justru dilabeli sebagai “otoriter”. Belakangan muncul sebuah dikotomi baru bahwa ia berasal dari partai setan, seraya sing penyinyir menganggap dia sebagai Partai Allah. Jokowi itu adalah seorang perenang, penyelam, sekaligus peselancar yang handal dan terukur. Ia tahu kapan cukup berenang di permukaan, sementara menyelam, tapi juga harus berselancar di tengah gelombang yang ganas. Ia santai seperti anak pantai, masak kita yang harus ikut bengak-bengok, teriak2 dengan menarik urat leher seolah ia sedang dalam ancaman serius. Saya yakin selama musuh2nya terus berisik, itu tanda Jokwi masih aman tentram. Justru, kita harus waspada ketika mereka mulai diam, apalagi ketika musuh2nya mulai melakukan aksi puja-puji. Itu artinya justru kondisi mulai gawat. Kelemahan Jokowi itu sebagaimana orang Jawa asketis umumnya, “ditaling urip, dipangku mati”. Intinya jika dimusuhi ia semakin menjadi, tapi dipuja ia terlena. Jadi, biarkan saja ia dihina dina!

Saya selalu setuju, persoalan yang paling mendesak Jokowi saat ini adalah membantunya memilihkan Wakil Presiden yang benar dan tepat. Jangan sampai mengulang kesalahan SBY yang pragmatis! Kenapa SBY menjadi presiden yang kehilangan peran, sejak ia lengser. Karena ia terlalu terfokus pada partai, keluarga, dan terjebak hanya berterimakaih pada Wapresnya. Wapres yang dianggap tahu ekonomi makro, namun sebenarnya tak lebih kasir untuk partai, keluarga dan mitra koalisi-nya. Cawapres Jokowi saat ini harus punya proyeksi menjadi presiden selanjutnya, yang memberi jaminan Indonesia yang lebih baik. Di sini, terlihat bahwa saat ini Jokowi didekati dan (juga) mendekati tokoh2 muda. Sayang tidak boleh kita punya dua wakil, kalau bisa tentu sangat melegakan! Dalam konstelasi ini sebenarnya, saya kagum akan kebesaran hati Jokowi menawarkan jabatan Wapres kepada Prabowo. Ia hanya ingin Indonesia bisa bergerak bersama, menuju kemajuan yang hakiki. Tidak membuang energi yang tidak perlu, hanya untuk sekedar saling mempengaruhi tanpa arti. Sayangnya, yang ditawari syahwat kekuasaan dan ego kelompoknya masih tinggi. Prabowo ini mungkin cocok dengan sebuah peribahasa Afghan, yang selalu dikutip Jendral Dostun, seorang gerilyawannya yang sekarang bisa mencapai titik tertinggi sebagai Wapres: jika kau pergi meninggalkan gelanggang kau akan selamanya dianggap pengecut, tetapi bila tetap tinggal selamanya hanya musuh yang melulu kalah. Itulah takdir lawan2 Jokowi saat ini. Siapa pun juga, mereka yang gegap gempita hanya untuk sekedar memproklamirkan diri sebagai tukang ejek yang sebenarnya figur2 reject!

Lalu kenapa selalu gelisah, ngamukan dan marah2? Sekali lagi, mari bantu Jokowi mencari bayang2nya. Tidak usah sama persis, tapi bisa memberi harapan dan optimisme. Ada kok stocknya….

Sumber : Status Facebook Andi Setiono Mangoenprasodjo

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed