by

Capres Minim Gagasan Pancasila

Ini memang terkait dengan penguatan kembali Pancasila di era Presiden Jokowi yang tidak jelas blue print-nya. Berbeda dengan era Presiden Soekarno dengan Manipol-USDEK, dan Soeharto dengan P-4. Meskipun kedua program ini rawan kritik, tapi jelas landasan konseptualnya, dan strategi pendidikannya. Di era BPIP, garis besar itu belum ada, atau belum tersosialisasikan. Ini juga mengindikasikan belum kuatnya perumusan kembali diskursus Pancasila dalam lembaga ini. Saya sebagai masyarakat berharap dalam debat ke-4 itu, bisa mendapatkan capaian program penguatan Pancasila oleh BPIP, sebagaimana berbagai capaian pembangunan infrastruktur, pemerintahan dan ekonomi yang dengan fasih dijelaskan Presiden Jokowi.

Demikian pula dengan Prabowo Subianto. Memang benar, indoktrinasi harus diganti dengan edukasi. Artinya, pendidikan Pancasila memang harus dihidupkan kembali secara sistematis dan massif. Di jenjang TK, SD, SMP hingga SMA, pendidikan Pancasila tidak menjadi mata pelajaran tersendiri. Ia digabungkan di dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Apakah artinya pendidikan tentang dasar negara tidak penting? Sedangkan pemulihan pendidikan ini di Perguruan Tinggi sudah terjadi, namun tanpa reformulasi konsepsi Pancasila yang terdepan, mengaliri zaman yang telah berubah. Jika orientasi penguatan Pancasila hanya penghidupan kembali pendidikan formalnya, apakah ia tidak akan mengulang kesalahan P-4 dan PMP? Seharusnya, sebelum menghidupkan pendidikan formalnya, reformulasi konsepsi kepancasilaan dilakukan terlebih dahulu.

Dengan demikian, dari Debat Capres ke-4, kita menemukan gagasan dan program Pancasila yang minim dari para calon presiden. Ini mungkin yang membuat penguatan Pancasila selama ini seperti “ada dalam ketiadaan”.

Sumber : Status Facebook Syaiful Arif

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed