by

Calista Terjebak di Negeri Hafalan Pancasila

Di sisi lain sampai detik ini Negara juga tidak pernah mampu menerjemahkan dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam bentuk panduan riil bagi rakyat Indonesia untuk pegangan kehidupan sehari-hari dan tata kehidupan bernegara. Pancasila hanya diposisikan sebagai simbol absurd yang sakral. Siapapun tidak boleh menyentuh. Bahkan bagi orang yang tidak hafal sila Pancasila dijadikan bahan ledekan dan kecaman.

Pancasila harusnya bukan sekedar barang hafalan tapi seharusnya sudah menjadi “way of life” yang menyatu dalam detak nadi dan darah daging manusia Indonesia. Pancasila jangan hanya digunakan sebagai komoditas untuk disakralkan atau dihafalkan. Tapi dilesakkan secara soft dan masif dalam kehidupan sehari-hari manusia Indonesia.

Ini tugas Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang lima tahun lalu tidak ada hasil kerjanya. Dan sekarang dengan figur kontroversial Ketua BPIP, jujur saya juga tidak yakin harapan pembumian Pancasila ini dapat berjalan. Bukan sekedar menghabiskan anggaran negara untuk seremoni deklarasi di stadion terbuka, setelah itu menguap tidak tahu harus bagaimana.

Negeri hafalan Pancasila sayang sekali harus ada. Mudah-mudahan Kalista tabah menghadapi ujian dari manusia hafalan di negeri ini. Bahkan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat tidak mau mengakui kehebatan dan kiprah Kalista sebagai wakil dari Sumatera Barat. Mengapa ? Karena dia bukan asli orang Minang ? Karena Kalista tidak berjilbab ?
Preeeet lah kalian manusia picik cap Kadrun !!!

Salam SATU Indonesia

Sumber : Status Facebook Rudi S Kamri

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed