by

Cak Imin dan Manuver Ecek-eceknya

Pernyataan itu membuat NU mulai bergerak mundur ke jaman kegelapan. Ke masa ia menjadi partai politik. NU dikendalikan oleh beberapa elit demi kepentingan politik. Ini sebuah manuver yang mencengangkan. Orang-orang mulai kehilangan kontrol untuk menahan diri dari bujukan tarian politik praktis yang molek dan menggairahkan.

NU seolah-olah ingin meniru langkah PKS jualan agama. Logikanya, kalau yang maju kader NU, apa yang akan dilakukan demi *cancut taliwondo* itu? Khutbah pakai ayat pesanan di masjid? Menyebarkan surat ancaman ke masyarakat? Jamaah salat subuh berjamaah dengan misi politik? Lalu apa bedanya dengan trik PKS?

Organisasi keagamaan sudah sepantasnya mengambil jarak dari kubangan kotor politik. Cukup mengawasi. Kalau ada yang keliru diingatkan. Memangnya kalau kader NU yang memimpin sudah jaminan kerjanya bagus?

Dua menteri agama terdahulu itu juga dari NU, dan keduanya korup.

Apalagi kalau kadernya hanya sekelas si Kecil Imin. Kepemimpinan model apa yang mau ditunjukkan? Keberhasilan “mengkudeta” Gusdur?

Kehadiran si Kecil Imin dalam rapat para petinggi NU struktural itu sebuah indikasi kuat, bahwa itu semua telah diplot. Sebuah manuver politik. Ironisnya, itu dilakukan oleh ormas keagamaan yang selama ini terlihat paling dewasa dalam menyikapi dinamika politik. NU telah berhasil mengambil sikap tawasuth (berada di tengah) dan tawazun (seimbang).

Apakah karena si Kecil Imin, sikap NU berubah? Apa karena si Kecil Imin punya KartaNU, lantas membuatnya sahih untuk dibela mati-matian?

NU memang tidak perlu berjuang total, tak usah *cancut taliwondo*, siapapun yang maju sebagai Capres atau Cawapres. NU tak perlu mengotori diri seperti itu. Kalau mau mendukung, silakan lakukan sebagai pribadi masing-masing. Jangan bawa-bawa NU. Itu bukan organisasi warisan. Itu amanah dari guru-guru kita sebelum jaman ini.

Tantangan terbesar NU bukan melawan bahaya Wahabi, HTI, PKS, kelompok puritan, tapi bagaimana menjaga jarak dari kubangan kotor politik. Menjauhi politikus seperti si Kecil Imin yang besar nafsu politiknya itu.

Muktamar NU yang ricuh itu saja telah mencoreng muka kita semua. Saat muktamar Muhamadiyah teduh, muktamar NU gaduh. Hanya demi jabatan struktural, kabar tak sedap beredar: ada politik uang. Lalu ada semacam muktamar tandingan sesudahnya.

Ini dulu yang mesti dibereskan. Tak perlu jauh-jauh *cancut taliwondo* ngurusi politik. NU harus diselamatkan dari orang-orang yang tak tahu malu mengedarkan amplop itu. Bersihkan dari anasir struktural yang menyimpang. Mereka yang menjadikan NU sebagai ajang kekuasaan.

Kembalikan NU kepada khitahnya, jauh-jauh dari kubangan politik. Ulama itu lebih agung dari itu. Biarkan kami yang penuh dosa sesama *kebo gupak* ini saja yang berkubang. Biarkan kami yang saling tanduk, saling dorong, saling injak, karena beginilah kelakuan kebo gupak itu.

Sumber : facebook Kajitow Elkayeni

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed