by

Cadar, Ideologi vs Ideologi

Ideologi Cadar

Setali tiga uang dengan problematika PSG, beberapa waktu ini juga marak isu tentang larangan bercadar bagi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Larangan tersebut dikeluarkan oleh Rektor, sebab menurutnya ini dilakukan sebagai antisipasi dari massifnya gerakan ideologis yang menentang NKRI.

Isu larangan cadar di UIN bukan semata soal pakaian, tapi ada upaya massif dari penyebaran ide-ide Timur Tengah yang bertentangan dengan ideologi negara. Sebagaimana diakui juga oleh Al-Makin, salah satu dosen UIN Suka, melalui laman facebooknya.

Kebijakan larangan bercadar ini tentu menimbulkan polemik tersendiri. Meski akhirnya Rektor mencabut larangan tersebut, dengan alasan demi menjaga kenyamanan iklim akademik di kampus. Walaupun sudah dicabut, polemik masih tetap saja kuat. Media sosial pun ramai dengan selentingan-selentingan komentar yang kadang bernuansa hinaan dan debat kusir.

Bercermin pada kekuatan PSG yang kalah oleh Madrid, cadar ini juga demikian sifatnya. Ketika cadar sudah menjadi ideologi, maka sulit untuk dihentikan. PSG mempunyai kekuatan dana yang melimpah untuk menghentikan Madrid, UIN Suka mempunyai kekuatan hukum untuk menolak cadar, namun pada akhirnya masih mentah juga. PSG tetap kalah, cadar juga tetap diperjuangkan. Inilah ideologi, kekuatan yang tidak bisa terbeli baik dengan kekuatan dana, kekuatan hukum, bahkan kekuatan politik sekalipun.

Sama seperti ideologi kebencian di medsos. Meski Jonru telah ditahan, bukan berarti ujaran kebencian di medsos akan menghilang. Meski Muslim Cyber Army (MCA) sedang diproses hukum, tetap saja pemberitaan hoaks di medsos masih bermunculan.

Ideologi Jonru dan MCA sudah kadung menyumblim di sebagian nurani masyarakat, sehingga mereka akan tetap bergerak. Tumbang satu Jonru, akan muncul Jonru yang lain.

Ideologi vs Ideologi

Lalu, bagaimana cara yang terbaik mengatasi semua itu? Dalam hal ini memang masih bias untuk menyebut bahwa cara ini adalah yang terbaik, sedangkan metode yang lain tidak baik. Bahwa apa yang dilakukan oleh Rektor UIN Suka melalui jalur hukum di satu sisi bisa menjadi solusi. Tapi ini tidaklah cukup, sebab sifat dari ideologi adalah menular dari manusia satu ke manusia lainnya.

Hal ini karena tiap-tiap manusia perlu mempunyai keyakinan mengenai bagaimana semestinya ia dapat menjalankan kehidupannya. Keyakinan itu ia dapat dari ideologi tersebut. Demikian menurut Louis Althuser.

Maka, langkah yang perlu ditempuh, yakni melalui penanaman ideologi pula agar menjadi lawan balik (counter). Kalau ini yang dilakukan, berarti sudah “apple to apple”, seimbang secara gerakan. Dalam wadah inilah langkah preventif dilakukan. Jika ingin mencegah penyebaran ideologi yang terselubung dalam cadar, maka lakukan pembinaan secara ideologis pula.

Di sisi ini memang tidak mudah, butuh waktu cukup panjang, energi besar, dan ketelatenan tinggi. Berbeda dengan langkah hukum yang serba hitam putih, atau langkah politis yang membutuhkan lobi-lobi tingkat tinggi, kadang tidak butuh waktu panjang.

Di sisi lain, langkah ideologis kadang juga melelahkan. Tapi, justru di situlah kekuatan ideologi itu akan ditularkan. Semakin mengakar suatu gerakan ideologis, maka akan semakin menjulang hasilnya. Menarik, bukan?

Sumber : geotimes

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed