by

Buya Syafi’i dan Mencicil Hutang

 

Karena itu, keseganan dan hormat sebagian besar orang bukan karena tampuk kekuasaan yang pernah dijabatnya, tapi bagaimana amanah itu dikelola dengan sebaik dan sehormat-hormatnya. Hal inilah yang membuatnya menjadi keras kepala saat membela apa yang dianggapnya benar. Karena ia tidak memiliki pamrih kecuali keridhoan atas kebajikan yang dilakukannya.

Sikap seperti ini yang membuat orang-orang yang dikritiknya menguatkan saja ketika buya memberikan masukan, tanpa ada upaya mempertahankan diri. Sikap hidup semacam ini tidak datang tiba-tiba, tapi terpaan kemiskinan, kesusahan, dan dicampur rasa syukur dengan terus-menerus belajar dalam menemukan kebenaran salah satu buah yang kini dipetiknya.

Salah satu kalimatnya yang sering menjadi cambuk saya untuk belajar rendah hati darinya adalah, “saya bisa seperti sekarang ini semata-mata karena belas kasihan ombak yang membuat saya bisa terdampar ketepian”. Sikap ini yang seharusnya menjadi hikmah dan teladan, bukan untuk siapapun, tetapi untuk saya dan keluarga kecil saya. Tidak lebih!.

Sebab, saat ini seberapa banyak orang yang mau belajar dengannya?

 

(Sumber: Facebook Wahyudi Akmaliah)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed