by

Bukan Lomba Goblok-goblokan

Oleh: Bintang Noor Prabowo
 

Ini bukan lomba goblok-goblokan..

Banyak orang yang salah sangka bahwa kehidupan ini adalah lomba goblok-goblokan..

Bahwa yang lebih sedikit gobloknya maka dialah yang benar.. Dialah yang menang..

Sangat keterlaluan membandingkan meninggalnya “hanya” seorang balita di samarinda akibat ulah teroris goblok, dengan meninggalnya (katanya) ribuan warga etnis rohingya di Myanmar..

Apakah maksudnya, kalau ada ribuan warga etnis Rohingya dibunuhi di Myanmar, jadi boleh ganti membunuhi orang yang bahkan tidak mengerti apa dan bagaimana Etnis Rohingya itu?

Benar-benar sakit jiwa..

Kekejaman dan pembunuhan atas nama agama itu merupakan puncak kebodohan dan penghinaan terhadap hati nurani dan akal sehat..

Apalagi bila diserukan oleh “tokoh” agama yang entah ditokohkan oleh siapa..

Merinding jijik saya mendengar ada pria berjenggot berdaster putih dengan kepala retak diikat perban atau kain kafan tebal dengan text dibawahnya bertuliskan wasekjen MUI, meneriakkan kata “bunuh”, “potong kaki dan tangan”, “usir” di TV nasional..

Mudah sekali mulutnya meneriakkan kata “kafir” kepada orang lain.. 
Dia lupa, bahwa menurut agama orang lain, dia juga termasuk “kafir”..

Dan hanya karena berbeda Tuhan yang sama-sama mereka belum pernah bertemu, mereka boleh saling membunuh?

Dan membuat argumen pembenaran bahwa kita benar karena membunuh lebih sedikit?

Ayo lah, ini 2016.. 
Era dimana kita bisa melihat virus dan bakteri dengan mata kepala kita sendiri, meneropong galaksi jutaan tahun cahaya jaraknya dari bumi.. Mendaratkan wahana luar angkasa di mars, dan menjelajah saturnus..

Era dimana kita tidak perlu naik Buraq untuk menempuh jarak Mekkah-Yerusalem pulang pergi dalam semalam..

Era manusia bisa hidup berbulan-bulan di dalam perut “ikan paus” bernama kapal selam nuklir, seperti Yunus..

Orang lain sibuk membuat dunia lebih baik, mosok masih ada kaum yang masih pongah teriak kofar-kafir, bunah-bunuh, usar-usir..

Kemudian faktanya beberapa remaja introvert baperan kurang perhatian merasa terpanggil untuk betulan berhasrat membunuh.. Entah karena sudah berkalkulasi bahwa hidupnya tidak akan pernah bermakna, atau tergiur imbalan 72 bidadari bila ia membunuhi orang-orang yang tak mengerti apa-apa, tak kenal padanya, dan tak pernah saling menyakiti..

Tanggung jawab siapa kebodohan itu?

Dimana orang-orang berilmu? Yang menguasai ‘ilm? Para ‘Alim? Ulama?

Mengapa tidak sibuk mencerahkan anak bangsa.. 
Mengapa (sebagian kecil diberi panggung) meneriakkan bunuh? Didengarkan anak-anak kecil yang harusnya belum paham kekejian bernama bunuh itu..

Kemudian ketika ada manusia tolol menelan mentah-mentah ujaran kebencian itu, dia meneriakkan bahwa itu adalah pengalihan isu..

Tega sekali..

Dia meneriakkan bahwa di myanmar, etnis Rohingya dibunuh lebih banyak..

Hey, kamu pikir ini perlombaan goblok-goblokan, dimana yang lebih sedikit goblok adalah pemenangnya?

Ini kejahatan kemanusiaan..

Para pembunuh etnis Rohingya itu kejam.. Pelempar molotov yang menewaskan balita dan melukai balita-balita lainnya itu juga kejam..

Para pembunuh anak-anak, wanita, kakek-nenek di suriah dan iraq itu kejam..

Yang bernama Daesh/ISIL/ISIS itu kejam.. Yang menjatuhkan bom dari langit, dari pesawat-pesawat Rusia dan koalisi Amerika tapi tidak bisa membedakan target serdadu dengan sipil dan anak-anak itu kejam..

Manusia waras harusnya tidak setuju dengan kekejaman, siapapun pelakunya, apapun agamanya..

Karena kita sedang membangun peradaban.. 
Bukan sedang lomba goblok-goblokan.

 

(Sumber: Status Facebook Bintang Noor Prabowo)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed