by

Bubarkan KPK?

Sinis? Tak perlu sensi. Saya hanya ingin mengingatkan, agar kita proporsional melihat masalah. Karena senyatanya ada banyak masalah di KPK, yang antara kewenangannya yang sangat luar biasa, dengan hasil yang biasa-biasa saja.

Anita Wahid, boleh saja membela KPK sebagai lembaga yang ideal. Tetapi dia juga harus adil melihat persoalan secara keseluruhan. Tidak hanya berdasar narasi yang dia bangun soal Polisi India dan Polisi Thaliban. Karena fakta politik dalam persoalan ini, tak bisa direduksi dengan keyakinan egaliter anak seorang Gus Dur sekalipun. 

Persoalan RUU KPK, juga RKUHP misalnya, bukan ruang yang secara majority dipegang oleh Presiden. Bahkan substansi masalah sebenarya ada di Parlemen. Namun sayang sekali para aktivis demokrasi, juga hukum dan HAM, selalu mempersoalan konflik kepentingan di ruang-ruang hampa, dan hanya membutuhkan impresi daripada substansi. Apalagi terasa bodoh melawan Parlemen yang tinggal akhir bulan sudah berganti.

Demokrasi kita, selalu lebih lengket dengan isyu-isyu kebebasan, hak berserikat, hak azasi manusia, kebebasan mimbar. Namun jarang menyoal masalah hukum, aturan, sistem dan mekanismenya. Hal itu menunjukkan betapa bahasa utama kita hanyalah kepentingan masing-masing, dan tidak pernah kepentingan bersama, secara menyeluruh.

Semua orang waras, yang cinta negeri ini, tentu anti korupsi dan punya tekad sama untuk membasmi koruptor. Tapi kalau 17 tahun kehadirannya hanya sukses memberi gaji ratusan juta pada komisionernya, dan tidak mampu menurunkan tensi korupsi, dan kehidupan saya sebagai rakyat tetap biasa-biasa saja (apa hubungannya), apakah saya harus bangga dengan lembaga itu?

Tuntutan saya makin sederhana, masih perlukah KPK kalau cuma ngabisin anggaran negara tapi prestasinya biasa saja? Dan kini, pimpinannya lebay-bibai! Bijimana kalau Polisi dan Jaksa diberi kewenangan seperti KPK? Saya tetap akan menuntut Jokowi untuk bisa menegakkan hukum serta berantas korupsi, sampai ke akar-akarnya. Entah giimana caranya.

Merasa bosen aja, dengan para aktivis dan pejuang yang nyatanya juga cuma gitu-gitu doang. Nggak berubah.

 

(Sumber: Facebook Sunardian Wirodono)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed