by

Bongku

Bongku, merindukan suara bisik angin yang bergesekan antara daun-daun getah dan ilalang. Ia ingin bebas mendengar suara derik tonggeret saat malam. Dan, ia kangen sunyi rimba yang bebas merdeka.

Bongku menggenggam teralis bui. Kebebasannya terampas, untuk menanam ubi menggalo untuk makan keluarganya di tanah ulayatnya sendiri.

Bongku, lelaki Sakai itu. Diam, karena keadilan tidak lagi bersamanya.

Tapi kita yang bisa bersuara sekecil apapun itu bunyinya. Merasa keadilan Bongku yang dirampas adalah bagian kita pula.

Bongku, lelaki Sakai itu menggenggam besi jeruji. Tak umbar kata, pandangannya yang banyak bicara. Dia tak mengerti sungguh yang terjadi, karena keadilan telah pergi bersama tawa mereka para penguasa di singgasana emas bertahtakan citra.

Bongku, lelaki Sakai itu tidak pernah kalah, dia menang besar dalam kejujurannya. Alam memeluk sepinya dan ketakberdayaannya, sekaligus.

#SaveBongku

SUARAKAN….

#sayabelajarhidup bersama Ursamsi Hinukartopati

Foto: LBH Pekanbaru

:: Saya pernah tinggal bertahun di Riau, maka cara hidup suku adat Sakai dan Talang Mamak, saya memahami, tak mungkin mereka merusak “ibu” nya sendiri.

Sumber : Status Facebook Dian Andryanto

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed