by

Bila Kita Punya Anak Milenial

Tapi lima tahun bapaknya menjabat, segalanya berubah! Perubahan yang sangat cepat, sesuatu yang sangat khas anak milenial. Esuk dele, sore tempe, bengi adol martabak.
Tentu saja saya tak ingin hibuk di bagian itu. Bagi saya jadi gak penting banget. Sama gak pentingnya ketika kita harus berharap bahwa Indonesia akan selamat, bila kita punya akal sehat! Realitasnya siapa sih hari ini yang sehat?

Saya lebih ingin menyoroti atau lebih tepatnya merefleksi seberapa siap, saya sendiri ketika anak2 saya mulai memasuki pasar kerja. Ketika mereka sudah lulus kuliah, dan lalu “harus bersiap ini itu”. Karena saya yakin, karena kultur keluarga, persoalan mencari kerja tentu bukan masalah lagi. Mereka tinggal memilih, dengan segenap keberuntungan yang dahulu di generasi orang tuanya masih suatu kemewahan. Bagi generasi milenial mungkin, sudah terlalu biasa, apa yang dianggapnya sudah ketinggalan zaman dan tidak lagi menantang. Bila dulu orang tuanya, baru memasuki area kerja di tingkat daerah, atau paling pol di tingkat nasional. Mereka saat ini sudah menjadi warga negara global, yang nyaris tak berbatas sekat2 tradis lama.

Dalam konteks inilah, barangkali apa yang terjadi pada Aakar Abyasa Fidzuno menarik untuk dicermati. Ia adalah seorang yang menyebut dirinya financial advisor. Dalam bahasa keren hari ini juga disebut financial planner. Ia mendirikan sebuah perusahaan bernama Jouska Indonesia. Kliennya tentu saja, terentang sangat luas tapi konon fokusnya adalah kelompok milenial. Segmented yang cerdas. Karena ia paham bahwa generasinya memang memiliki kecenderungan pandai mencari duit. Tapi punya ciri sama gagap mengelolanya. Gagap di sini terutama dipengaruhi bahwa generasi mienial memiliki ciri2 khusus sesuai semangat jamannya yang unik. Antara lain: mudah bosan, gadget addict, suka pembayaran non cash, suka yang seba cepat dan instant, juga terutama lebih memilih beroleh pengalaman daripada memiliki aset!

Terjemahan “pengalaman” ini sendiri bisa jadi sangat luas, tapi intinya adalah konsumsi yang tidak produktif. Semisal membeli produk fashion branded, jalan2 wisata ke luar negeri, hang out kuliner dii restoran mahal, berganti2 gadget dengan rentang waktu yang pendek, dll. Dalam konteks inilah, saya pikir profesi financial advisor itu keren dan bermanfaat!

Di samping punya program di sebuah televisi swasta, ia juga cukup aktif mempromosikan diri di sosial media. Sebulan yang lalu, ia masih manis “berkhotbah” di Podcats-nya Dedy Courbuzier. Sambil pamer jam tangan RM (baca: Richard Mille) seharga ratusan juta. Simbol paling instan yang harus dimiliki untuk dianggap sukses dan punya gengsi. Di podcast ini pula, ia banyak mengejek artis atau kalangan yang dianggapnya tidak mampu mengelola pendapatannya. Hingga ketika tiba di masa pandemi, bukan saja jatuh harga tapi kebingungan menatap hari depan. Lalu keluarlah fatwa2 jalan keluar. Dengan cara yang khas milenial: jual, jual lagi yang dianggap tidak diperlukan….

Itu yang terjadi hingga sebulan lalu….

Sehari kemarin, ia bikin geger lagi! Tapi kali ini sama sekali tidak keren. Sebagaimana gaya anak milenial, ia mengunggah video yang jadi viral. Berisi pengakuannya bahwa ia telah banyak mengecewakan kliennya. Ia telah menyalah gunakan sedemikian besar dana kliennya. Tentu saja, bukan dalam arti mengkorupsinya, tapi lebih memberi advise yang salah. Hingga banyak kliennya, yang menemukan dana yang dimilikinya tinggal bukan lagi separuhnya, tapi seperlimanya. Mudah diduga ia berperan sebagai makelar: sana sini dapet…

Inilah ironi dari generasi milenial: cerdas, sukses, dan bergaya. Tapi sebenarnya tidak memiliki kedalaman, instant, dan nyaris tak punya pondasi kokoh. Miskin integritas, sama sekali tak berbekal hal2 asketis. Sukses yang berusia pendek sekali, mudah terjerembab dalam ilusi sukses.

Sebagai orang tua tentu saya harus ikut khawatir. Sangat bahkan. Sedemikaian suramkah masa depan anak2 milenial?

Sialnya dalam konteks ini, saya hanya punya satu jurus saja untuk anak2 saya: pilihlah hidup yang sederhana saja. Dalam berpikir, besikap, berperilaku, bergerak memandang masalah, dalam apapun!

Bangunlah ke-bersahaja-an, kejujuran, dan kerendah-hatian!
Singkat kata: mangoenprasojo. Halah!.
.
.
#ajadaditikus

Sumber : Status Facebook Andi Setiono Mangoenprasodjo

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed