Beruntung..
Dalam keluarga inti saya dan keluarga besar, tak ada banyak perbedaan dalam preferensi politik. Frase “tak ada banyak” adalah berarti yang berbeda Tak berani bersuara kencang.. hhe
Saya corat coret ini karena kemaren saya dikirimi dua skrinsyut dari temen2 ttg 2 sosok (satunya guru SMA dan satunya lagi senior kuliah) yang msh memblokir saya, karena dulu sempat saya counter hoaks2nya. Tapi kemudian dari skrinsyut2 itu membuktikan mereka masih tidak kapok.
Bahkan murid2nya (kawan2 saya) ikut mencercanya
Juga yang senior kuliah, mati kutu karena postingan hoaks trakhirnya dikomen oleh puluhan orang.
Kebencian yang sudah mendalam..
Itu kuncinya..
Niscaya itu menjadi sebuah penyakit
PERBEDAANNYA.. (dibanding masa kampanye politik 2014 misalnya..)
Makin banyak orang berani bersuara dan menjadi “berbeda”. Tak takut berbeda sendiri di tengah komunitasnya
Itu juga yang menjelaskan begitu banyaknya acara deklarasi dari kalangan intelektual di masa kampanye pilpres ini.
Semua muak dengan hoaks yang masih saja merajalela
Walopun harus diakui, isu sentimen SARA menurun karena ada KMA di kubu Jokowi
Akhirul kata..
Dalam pilpres ini, saya masih berharap bahwa pengorbanan kawan2 yang berjuang melawan hate speech dan hoaks tidak sia2..
Kita berharap terpilih pemimpin yang mengayomi dan menyejahterakan tapi tidak menebar angin surga. Dia bicara apa adanya, bukan untuk melindungi kepentingan pribadinya saja
Sumber : Status Facebook Damar Wicaksono
Comment