by

Biji Nikel dan Ekonomi Preman

“Sawit ini bisa lebih murah dari minyak bunga matahari yang dihasilkan oleh mereka (Eropa). Ini perang ekonomi antar negara,” kata Jokowi saat Perayaan HUT ke-47 dan Rakernas PDIP, Jumat (10/1/2019) lalu.

Jokowi menegaskan bila Eropa tidak beli sawit Indonesia, tak masalah.
Indonesia sedang melangkah pada produksi biodiesel B30 pada 2020.

Amerika mengobarkan isu pelemahan demokrasi dan mengulang isu bahaya komunis. Lagu lama yang diulang ulang. Jokowi tak gentar. Dan mereka semakin marah.

Motif sesungguhnya adalah minyak, emas dan biji nikel.

Dunia secara bertahap akan melarang mobil BBM dan akan digantikan ke mobil listrik mulai 2030 – 2040. Dan ada kebutuhan baterei mobil skala global untuk itu – dimana Indonesia mempunyai cadangan bahan dasarnya yang berlimpah yaitu nikel.

Berdasarkan data US Geological Survey, cadangan nikel Indonesia mencapai 21 juta metrik ton, yang menjadikan Indonesia sebagai pemain utama nikel dunia, disusul oleh Australia dengan cadangan nikel yang mencapai 19 juta metrik ton.

Sebagai upaya menekan ekspor barang mentah dan melakukan hilirisasi, pemerintah melakukan pelarangan ekspor bijih nikel per Januari 2020 lalu. Bahkan untuk nikel ore penghentikan ekspor nikel ore (biji nikel) mulai hari ini, 29 Oktober 2019. Penghentian ini lebih cepat daripada rencana awal 1 Januari 2020.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, percepatan ini merupakan kesadaran kolektif anak bangsa.

Kebijakan tersebut ditentang oleh Uni Eropa. Bahkan, Uni Eropa mengajukan gugatan ke WTO.

“Pak, kita mau tarung, apa pun kita hadapi. Kita hentikan ekspor nikel ore keluar, ini sudah digugat sama Uni Eropa, digugat di WTO. Kalau defisit transaksi berjalan sudah beres siapa pun yang gugat kita hadapi. Tapi ini juga kita hadapi, ngapain kita takut?” ujar Presiden Jokowi ketika membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 di Istana Negara, Jakarta, Senin (16/12/2019) lalu.

Menurutnya, gugatan Uni Eropa perlu dihadapi. Sebab, dihentikannya ekspor bijih nikel juga merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menekan defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD).

“Barang barang kita, nikel nikel kita, mau ekspor mau enggak suka-suka kita. Ya, enggak?” jawab Jokowi enteng.

“Tapi Bapak/Ibu harus tahu, industri luar Indonesia ada yang jadi mati karena kita stop itu. Ini satu-satu, nikel dulu, nanti bauksit kita stop kalau siap, enggak sekarang. Diatur ritmenya jangan sampai digugat nikel, bauksit, batu bara, semuanya. Satu-satu,” ujar dia.

PROBLEM lain adalah tambang nikel terbesar berada di Indonesia Timur dan kawasan sana sudah ada yang “mbau rekso” alias ada “penunggu”nya yakni grup perusahaan si “itu”.

Mereka tak terima dan ingin menguasainya. Itu sebabnya tempo hari ada yang bawa uang sekoler ke Arab Saudi untuk memulangkan tokoh pelarian dan kembali mengacau di sini. Karena ingin grup perusahaan dia yang mengelola. Atau akan rusuh terus.

Begitulah latar berlakang keksriuhan di ibukota hari hari ini. ***

Sumber : Status Facebook Supriyanto Martosuwito

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed