by

Bidadari dan Tupperware MCA

 

Di bawah MCA Family ada banyak group FB. Ada Muslim Sniper, yang tugasnya mencari akun-akun musuh –biasanya para Jokower dan Ahoeker– untuk dilaporkan. Tujuannya agar akun tersebut tumbang. Jadi kalau akunmu sempat tumbang atau kena suspend, kemungkinan itu adalah hasil kerja mereka.

Muslim Sniper adalah akun tertutup dengan jumlah anggota 145 orang. Dari 145 orang inilah komando penyerbuan pada akun-akun lain dilakukan. Mereka akan mengabarkan pada jaringan di bawahnya untuk secara serentak melaporkan sebuah akun yang berseberangan. Jangan heran, jika baru saja menulis status kritis, akunmu langung disuspend atau di blok FB.

Dalam prosesi penyebaran fitnah, isu yang digodok dari group WA dimatangkan dalam sebuah group tertutup di FB. Nama grupnya Cyber Moeslem Defeat Hoax. Anggota groupnya ada 177 orang.

Nah, dari tangan 177 orang inilah sebuah informasi hoax dan busuk disosialisasikan. Kesemua anggota group punya kaki di berbagai group di bawahnya. Sebut saja Pojok MCA, Srikandi Muslim Cyber, The Legend MCA, dan masih banyak grup FB lainnya.

Proses perekrutan dilakukan dalam sebuah akun grup terbuka yang namanya The United MCA. Anggotanya mencapai 120 ribu orang. Para member dipantau sebelum diajak untuk naik ke jenjang kelas yang lebih tinggi.

The United MCA itu levelnya masih silverlah. Kalau Muslim Sniper mungkin sudah gold. Nah, level platinum. Ditempati kelompok The Family MCA.

Jadi gerakan ini memang bukan sporadis dan asal jadi. MCA adalah gerakan yang terstruktur dan masif, yang tujuannya untuk membuat kekacauan di Indonesia.

Bahkan polisi mencium gerombolan ini ada yang membiayai. Para politisi kampret minus prestasi dan hobi nyolong biasanya suka jika rakyat berada dalam suasana resah. Dengan demikian kesempatan mereka untuk berkuasa jadi lebih tinggi. Kenapa? Karena rakyat yang resah dan kacau, logikanya menjadi tumpul. Mereka tidak bisa lagi berfikir jernih untuk menentukan pilihan politiknya.

Dari keresahan rakyat itulah mereka bermaksud memetik suara dan dukungan. Pilkada Jakarta membuktikan, rakyat yang dibuat resah akhirnya kehilangan rasionalitasnya dalam menentukan pilihan. Bahkan bukan tidak mungkin mereka mencoblos sepasang ondel-ondel, saking resahnya. Atau memilih Golput.

Sementara jika rakyatnya nyantai, peluang mereka untuk menimbang-nimbang secara rasional pilihan politiknya jauh lebih besar. Kemungkinan yang dipilih adalah orang yang punya integritas dan kapabilitas.

Keresahan rakyat juga menumpulkan kepekaan mereka menilai prestasi seseorang. Jadi teori mudahnya, ciptakan dulu keresahan, agar peluang seorang yang minus prestasi atau mungkin bengis bisa terpilih jadi pimpinan.

Dulu pernah ada yang mengungkap sebuah strategi penghancur. Kira-kira begini langkahnya. Bakar dulu sebuah rumah, lalu rampok isinya. Orang akan sibuk memperhatikan kebakaran, tidak sempat menjaga barang miliknya.

Jangan heran jika banyak politisi berkepentingan untuk membiayai gerombolan srigala perusak model MCA ini. Jadi kekuatan MCA bisa amat dasyat dalam pemilu elektoral. Makanya disinyalir pucuk-pucuk pimpinanya mendapat kucuran dana dari kelompok-kelompok politik.

Dalam Pilpres lalu strategi menciptakan keresahan ini sudah dicobakan dengan memproduksi berbagai fitnah kepada Jokowi. Untung saja sebagian besar rakyat Indonesia masih waras. Meskipun virus sakit jiwa ditebarkan seperti racun.

Kemana isu yabg disebarkan MCA akan dibawa dan dari siapa support finansialnya, hanya tokoh-tokohnya saja yang tahu. Anak kampret di bawahnya mah, cuma dibohongi dengan iming-iming membela agama. Pokoknya ada isu apapun, main sebar saja. “Yang penting surga bro. Banyak bidadari, gratis!”

“Di surga itu, selain banyak bidadari pasti banyak Tupperware juga ya, mas,” seperti biasa Bambang Kusnadi hobi nyeletuk.

“Kok, Tupperware Mbang?”

“Iya dong. Kalau bidadari kan buat lelaki. Yang ibu-ibu dapat Tapperware gratis, mas…”

Oh, pantas banyak emak-emak ikut-ikutan MCA. Mau dapat Tupperware gratis, toh?

(Sumber: www.ekokuntadhi.com)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed