Seperti kita bisa rukun dengan Muhammadiyah tanpa harus menafikan perbedaan tajam antara kita dan mereka, misalnya;
Mereka meyakini Allah bersemayam di Arasy (dari Muhammadiyah muncul istilah “Yang Diatas” sebagai kata ganti Allah, kita tidak mengenalnya).
Mereka mengingkari Thariqat (baca saja tasawuf modern Hamka).
Dalam Fiqih mereka juga tidak mengakui hierarki dalam bermadzhab, mujtid mutlaq mustaqil-mujtahid mutlaq muntasib-mujtahid madzhab-ashabul wujuh -mujatid fatwa – mujathid tarjeh – hamalatul fiqhi dll. Mereka tidak memghormati kompleksitas dalam bermadzhab. Karenanya mereka melarang taqlid dan orang awam dipaksa berijtihad.
Mereka juga mengingkari karamat dan mukjizat (baca saja al-Manar kitab tafsir rujukan mereka).
Mereka juga tidak meyakini hierarki kewalian afrad, nujaba, abdal, qutub, qutbil aqtab dll.
Tauhid mereka aswa wa sifat uluhiyah-rububiyah tidak dikenal dan tidak mengakomodir tauhid ahli hadis, ahli kalam maupun tauhid kaum sufi. Dan ada banyak perbedaan fundamental lainnya.
Tahun 1926 NU harus lahir karena mereka melakukan banyak kekeliruan dalam memahami dan mengamalkan Islam.
Tapi kita bisa hidup rukun tanpa perlu berpura-pura tidak ada perbedaan apalagi menutup-nutupi perbedaan atas nama kerukunan umat padahal tujuannya membodohi umat supaya jualannya laku. Berhati-hartilah.
Sumber : Status Facebook Ahmad Tsauri
Comment