by

Berisik

Oleh: Abad Badruzaman

Baru saja kami merencanakan seminar internasional tentang masa depan peradaban Islam dengan mendatangkan tokoh-pemikir dari Iran, sekelompok orang di luar pada berisik. Bukan cuma berisik, mereka merencanakan pengerahan massa untuk mem-block kedatangan orang Iran-Syiah “laknatullah” itu. Beruntung urat leher mereka gak putus sewaktu berteriak sekencang tali kolor mereka, “Kami tidak rela orang Syi’ah itu menginjakkan kaki di tanah Tulungagung, terlebih di kampus IAIN!”

Mereka pikir Islam akan tercoreng wajahnya sedemikian rupa jika kita mendatangkan orang Iran-Syiah. Mereka gak mau peduli orang Iran itu akan ngomong apa. Rumusnya cuma satu: Iran keparat, Syi’ah sesat. Titik!

Baru saja kami berencana mendatangkan Ulil untuk ceramah tentang Islam Jawa, tiba-tiba di luaran sekumpulan orang mengaku paling mencintai Nabi pada berisik mengobarkan semangat penolakan terhadap rencana kedatangan tokoh JIL itu: “Ulil harus ditolak. Pencemar kemuliaan Islam dan perusak ajaran Aswaja tidak boleh datang ke Kampus Dakwah!”

Mereka kira Aswaja akan ternoda dengan pemikiran liberal Ulil. Ketika ditanya apa itu liberal, mereka cuma jawab: Pokoknya liberal itu bahaya! Kedatangan tokohnya harus ditolak. Penyelenggaraan acaranya harus dibubarkan. Kata kuncinya: Pokoknya…!

Seorang dosen IAIN sedang meneliti Komunitas Penghayat. Gak ada hujan gak ada angin, di luaran sekelompok orang merasa paling mencintai Islam berisik menuding-nuding Si Dosen mem-back up pergerakan aliran sesat. Lantang mereka berkoar, “Tak pantas seorang dosen Muslim berada di tengah komunitas non-Islam, akrab-hangat dengan mereka, membela-bela mereka. Mau dikemanakan harga-diri Islam?”

Mereka sangka Islam akan runtuh keagungannya dengan kehadiran seorang Muslim di tengah komunitas non-Muslim, akrab dengan mereka, bercanda-tawa bersama mereka. Mungkin bagi mereka keagungan itu identik dengan keangkuhan. Mereka gak mau tahu bahwa Si Dosen itu peneliti. Mereka hanya paham keberadaan Si Dosen di sana hanya akan memerosotkan kemuliaan Islam. Kemuliaan yang mana? Pokoknya Si Dosen itu koplak! Dia gak mencerminkan Islam yang bermartabat? Martabat yang mana? Halah…

“Bah…Abah, minum dulu Bah. Ini Tole bawa jus duren buat Abah!”

“Heh…jangan ngibul kamu sama Abah! Hari gini sudah gak musim duren.”

“Hihi…maksud Tole, jus kulit duren, Abah.”

“Heueuh…Abah jewer ganteng luh!”

“Heuheu…yang perlu dijewer tuh mereka, Bah, yang berisik mulu. Kalau beriak itu tanda tak dalam, maka berisik itu tanda tak berisi. Seperti peribahasa, tong kosong nyaring bunyinya, lah! Betul kan Bah?”

“Pinter juga kamu, Le?”

“Hehe…siapa dulu atuh Abah-nya…!”

 

(Sumber: Facebook Abad Badruzaman)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed