by

Berawal dari Jokowi-Ahok

Oleh: Zania Mendrova
 

JOKOWI- AHOK berani melawan arus untuk jadi Gubernur dan Wakil Gubernur di DKI 1, sampai akhirnya Jokowi jadi Presiden dan Ahok naik jadi Gubernur DKI 1.
Seketika saja perpolitikan Indonesia jadi semakin seru, panas dan penuh gairah.

Dari yg dulunya banyak yg tidak perduli soal politik (antara nggak perduli sama udah rada hopeless sih mungkin) sampai yg memang mengerti betul tentang peta politik Indonesia, semua turut ikut ambil bagian.

Awalnya saya melihat fenomena ini sebagai tanda bahwa bangsa kita sedang bergerak maju..
Demokrasi benar-benar dijunjung tinggi.
Inilah demokrasi yg sebenarnya..
Tak bisa kita membendungnya, Indonesia sedang belajar mendewasa dan cerdas dalam berpolitik.
Ya, begitu sih pikir saya dulu..

Tapi.. lama kelamaan koq ini jadi pada kebablasan.
Banyak yang tak beradab, tak ada rasa sungkan lagi melecehkan presiden bahkan secara sengaja maupun tidak disengaja ingin ‘menghancurkan negaranya sendiri.
Tempat di mana dia lahir, tumbuh, makan, mencari nafkah dan bahkan mungkin mati di sini.

Bahkan AD seorang musisi yang dulu pikirannya sangat terbuka eh malah jadi ikut ‘bengkok’ dan parahnya sudah tak enggan lagi meneriaki kata-kata yang tidak pantas kepada kepala negaranya sendiri.

Yang dulunya berteman akrabpun, sekarang tak lagi saling sapa karena tak sepemikiran.
Bahkan agama dibawa-bawa untuk urusan begini, agar semakin joss!

Ditambah dengan era sosmed yang semakin mudah diakses dan sudah sangat merata, jadilah dengan sekali ‘klik’ saja kita bisa menyuarakan apapun yg kita inginkan dan setelahnya, taaraaa.. satu dunia bisa membacanya.
Ntah baik atau buruk efeknya, sudah tidak penting dan tidak banyak yang perduli lagi.

Sekarang ini ada tiga versi orang Indonesia kalau udah ngebahas soal politik.
Yang PRO, yang KONTRA dan yang NETRAL.
Kita bahas yg netral aja yaa, krn yg pro dan kontra kita udah tau donk bagiannya dimana. 

Yang memilih untuk Netral ini, banyak yg nyebut mereka labil.
Krn kadang memang ada yang netralnya setengah-setengah sih, setengah-setengah pro atau kontra.
Ini bikin yang bertikai sedikit geregetan.
Lha koq hari ini dia ke A besok ke B terus ntar lagi malah nggak bela siapa-siapa.
Tapi memang mereka yg benar-benar netral ini sangat diperlukan dalam situasi seperti ini. Agar bisa menjadi penyeimbang.
Agar bisa jadi penahan gesekan.

Semoga kelak yg Pro dan Kontra ini (termasuk saya) tak beberapa lama lagi mulai mengerti bahwa walau kita berbeda pendapat, tidak harus dilakukan dengan cara keras, ngotot dan dengan perdebatan tak berujung yg melelahkan seperti sekarang ini.

Ya, pada dasarnya politik memang riuh..
Kalau gak gitu, gak politik namanya kawan.
Kitalah yg harus cerdas menyikapinya.

Cuman kalau boleh ngasih saran ke pemerintah dan pihak berwenang..
Itu yang udah mulai bikin rusuh dan adu domba jangan dibiarin.
Karena bagaimana kita hari ini, menentukan bagaimana kita dimasa yang akan datang.
Terlalu membuka celahpun bisa membuat mereka tak lagi perduli akan batasan yang ada.

Masa Indonesia harus terus jalan di tempat, dan nggak ada habis-habisnya beradu dengan saudara sebangsa sendiri, hanya karena segelintir orang yang terus ‘mengasah pisaunya’ agar dapat tempat dan keuntungan!

Lalu kapan kita akan maju?
Sampai lebaran kuda?

 

(Sumber: Status Facebook Zania Mendrova)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed