by

Benarkah Muslim Ditindas Di Negeri Tiongkok?

Menurut Abdurakib, pihaknya mengedepankan pembangunan budaya etnis minoritas. Mereka membuka kerja sama dengan dunia internasional dengan dasar saling menghormati dan bukan intervensi.

“Kita bikin pameran budaya ke Indonesia dan negara lain. Setiap kebebasan beragama diperhatikan dan pemerintah juga memperbaiki diri. Xinjiang sebagai Jalur Sutra Baru, kami mempromosikan dialog antaragama dan antarwilayah,” jelasnya.

“Dulu kantornya gedung tua bukan di sini tempatnya. Ini gedung baru, saya juga baru lihat dan memang besar dan bagus,” kata Mahmood Hali.Secara terpisah, detikcom juga bertanya kepada Sultan Mahmood Hali, wartawan senior Nawa-i-Waqt, Pakistan yang sering bolak-balik ke Xinjiang. Dia mengatakan pembangunan Xinjiang Islamic Institute memang sungguhan.

Jika mau melihatnya secara objektif, kedua pihak memang ada salahnya. Pemerintah China tidak ingin ada separatisme, itu bisa dimaklumi. Namun menghadapi kelompok minoritas dengan sikap represif itu tidak bisa dibenarkan. Kita juga tahu bagaimana China menghadapi Falun Gong.

Di sisi lain, Uyghur merasakan kecemburuan etnis dengan Han. Namun memakai jalan kekerasan, separatisme dan terorisme seperti yang dilakukan sekelompok kecil oknum masyarakat Uyghur, itu juga salah. Belum tentu semua etnis muslim Uyghur menghendaki cara seperti ini.

Dari kunjungan langsung ke Xinjiang, bisa dilihat memang ini masalah kesenjangan antar etnis dari faktor historis yang cukup panjang, baik aspek ekonomi dan politik. Orang Uyghur cemburu karena orang Han lebih sejahtera secara ekonomi. Orang Han cemburu karena orang Uyghur tidak terkena One Child Policy dan boleh punya anak lebih dari satu.

Sayangnya, ada pihak-pihak yang menutupi akar masalahnya dengan bungkus konflik agama. Hal itu tampaknya supaya isu Xinjiang ini laku dijual untuk mendapatkan simpati umat Islam di dunia. Namun, hal itu tidak menyelesaikan akar masalah.

Pemerintah China harus bersikap lebih lunak lagi. Etnis Uyghur pun harus mengedepankan cara-cara damai. Hentikan kekerasan. Etnis-etnis minoritas lain di Xinjiang harus membuka komunikasi dan dialog. Xinjiang adalah pekerjaan rumah yang belum selesai untuk China.

Sumber : Detik.com

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed