by

Benarkah 12 Orang Teroris ISIS Ada Diantara Demonstran 4 November?

 

Oleh Alif Kholifah 

Seperti kita tahu saat ada demonstrasi GNPF MUI 4 november lalu, Presiden Joko Widodo tidak bersedia menemui. Saat itu Presiden berada di kawasan Bandara Soekarno Hatta Tangerang untuk memantau perkembangan pembangunan kereta bandara. Perwakilan pendemo akhirnya ditemui oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Paska demo yang berakhir rusuh itu kemudian esok harinya keluar berita dari web-web kelompok pendemo bahwa presiden menghindar, presiden takut, presiden tidak berani dan lain sebagainya. Bahkan dalam acara ILC, Aa Gym menyatakan mereka hanya ingin bersilaturrahim. Kalau memang tidak bisa menemui ya minta maaf bukan malah melempar isu demo ditunggangi provokator.

Benarkah Presiden melarikan diri? Presiden takut? Presiden tidak berani? Ada beberapa argument mengapa presiden tidak menemui langsung para pendemo. Bahkan beberapa informasi intelejen yang sempat terdengar, ada 12 pengikut ISIS (Islamic State of Iraq and Siria) yang berada dalam kerumunan massa 4 November yang bergerak dari Istiqlal ke depan Istana Presiden. Demonstrasi itu disebabkan oleh dugaan penistaan agama yang dilakukan Cagub Petahana Basuki Tjahaja Purnama. Kasus ini sudah ditangani Polri namun GNPF MUI ngotot memaksa agar ahok ditangkap dan dipenjarakan.

Kembali ke dugaan adanya 12 pengikut ISIS dalam rombongan demonstran bisa kita kupas mendalam, benarkah mereka disana?. Pertama, Presiden Joko Widodo adalah Presiden yang sangat berani menghadapi apapun. Beliau faham bagaimana menangani masalah bahkan meski bukan masalah dirinya kalau memang harus turun tangan ya beliau tangani. Ingat kisruh perseteruan soal pimpinan DPR yang jadi rebutan antara KMP dengan KIH? Masalah itu tuntas tanpa ada gejolak yang berarti. Pun demikian halnya dengan kasus “Papa Minta Saham” yang berakhir smooth. Bertemu demonstran bukan hal yang istimewa namun ternyata presiden tidak berada di istana meski sebelumnya menyatakan siap bertemu.

Kedua, pasukan pengamanan yang dikerahkan Polri luar biasa banyaknya bahkan Mabes Polri mendatangkan pasukan dari luar Jakarta. Tentu ini tidak sekedar “mengamankan” peserta demonstrasi tetapi mengamankan Indonesia, menjaga bhineka dan menyelamatkan rakyat. Backup TNI tidak main-main. Lihat saja Kapolri dan Panglima TNI berada di lokasi hingga Istana Presiden betul-betul dinyatakan aman, setidaknya pukul 22.00 wIB.
Ketiga, meski banyak yang tidak tahu rupanya ada helikopter disana (Istana) padahal tidak ada presiden. Armada angkut udara itu memang disediakan untuk evakuasi wakil presiden. Hal ini makin menegaskan kondisi 4 November bukan kondisi demo biasa yang berisi orang-orang biasa saja.

Keempat, keberadaan Presiden Joko Widodo yang memantau perkembangan proyek kereta api bandara. Disini dapat dimaknai bahwa ada “pengiriman pesan” pada para perusuh yang memang targetnya presiden bahwa sang target tidak ada di Istana. Percuma mereka menerobos masuk karena hanya akan mati konyol. Tindakan presiden ini justru menyelamatkan para demonstran murni yang memang tidak tahu apa-apa. Massa cair hanya tahu bahwa ada demo yang mengatasnamakan Islam menuntut kasus penistaan agama. Mengapa di seputar bandara? Sebab jika para pasukan berani mati itu nekad bergerak kesana maka Presiden mudah diterbangkan kemanapun.

Kelima, pimpinan demo GNPF MUI sudah hilang begitu utusan mereka selesai bertemu Wapres di Istana Negara. Dugaan saya, mereka yang masih bertahan seperti ustad Arifin Ilham, itu karena ketidaktahuan beliau. Kondisi ini tentu sangat aneh. Mengapa Arifin masih tertinggal disana sedangkan Tengku Zulkarnain, Bachtiar Nasir, Munarman, Fadli Zon, Fachri Hamzah hingga Habib Rizieq hilang tak berbekas? Padahal meski kecil masih ada massa yang belum mau beranjak. Benarkah mereka penggembira yang disetting untuk menimbulkan chaos? Beberapa diantaranya terungkap yang bertahan disana yakni anak-anak HMI.

Keenam, hingga pukul 19.00 atau 1 jam setelah batas toleransi mereka diminta membubarkan diri tetapi pimpinan demo malah meminta mereka untuk duduk. Akhirnya petugas menembakkan gas air mata. Disisi lain, kader HMI merangsek maju berusaha menembus barikade polisi sehingga menyebabkan beberapa petugas terluka. Keberadaan massa yang tidak bubar meski pimpinan demo sudah tidak dilokasi sangat aneh. Sebab hal ini dapat merusak citra kelompok mereka. Pimpinan GNPF MUI sendiri tidak mengklarifikasi terkait hal ini. Terlihat ada tujuan lain terkait massa yang sengaja “ditinggalkan”. Provokasi massa tidak sekedar merangsek, melukai aparat, pelemparan batu tetapi juga membakar 2 buah truk petugas. Tujuannya jelas, membuat petugas marah.

Bahkan dibeberapa kawasan lain, ada aksi pembobolan mini market. Hal ini memang memancing tindakan anarkis lainnya. Fadli Zon dan Fachri Hamzah yang menjanjikan penginapan di Gedung DPR juga kabur begitu saja. Berdasarkan temuan lapangan itu menunjukkan ada bahaya dengan resiko tinggi sehingga presiden memang harus “diamankan”. Silahkan simpulkan sendiri adanya isu 12 anggota ISIS yang berada dikerumunan massa aksi.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed