by

Belajar dari Waskita

Pada tahun 2019, Waskita masih mencatat laba hampir sebesar Rp, 1 triliun. Tapi kenapa tahun 2020 langsung terjun bebas kerugian sampai diatas Rp. 7 triliun. Mengapa OJK tidak mengetahui kejanggalan neraca Waskita. Apa di OJK tidak ada ahli keuangan atau akuntasi untuk bisa mendeteksi kejanggalan yang dilakukan. Yang lebih miris tahun 2021 bulan februari, OJK membiarkan influencer seperti Ustad YM mempengaruhi opini publik agar membeli saham Waskita. Lucunya menteri BUMN secara tidak langsung memanfaatkan YM untuk membeli saham BUMN.
Lantas kalau begini, setelah berbagi skandal keuangan BUMN seperti Asabri, Jiwasraya, dan kini Waskita, dimanakah prinsip good governance pasar modal kita? Apakah omong kosong. Padahal kepercayaan investor kepada emiten itu sangat menentukan agar pasar modal kita efisien. Kalau BUMN saja bercitra buruk, siapa lagi yang kita percaya? Karena setiap pergerakan aset Emiten selalu diawasi oleh OJK. Bahkan rasio equity atas aksi korporate dalam investasi berjangka panjang harus izin OJK. Singkatnya tidak ada yang tidak diketahui OJK. Sehingga kalau emiten masih listing, itu emiten baik baik saja. Publik percaya.
Apa yang menimpa Waskita ini bukan rahasia umum. Bahwa ini permainan window dressing. Mempercantik neraca agar keliatan indah dan tetap punya cara melakukan aksi korporat tarik uang dari pasar. Dan ketika sudah pada posisi tidak lagi bisa diangkat. Maka lempar handuk putih. Yang rugi pemegang saham. Negara dan rakyat ( investor retail). Pada posisi ini, biasanya pemerintah ditempatkan sebagai pecundang demi kepentingan pasar modal. OJK dan kementerian BUMN serta komisaris tidak disentuk untuk diminta tanggung jawab. Jawabanya sama seperti Anies” Saya tidak tahu soal lahan proyek DP 0.”
Kita sebagai rakyat yang ikut memilih Jokowi sebagai orang baik agar berprestasi baik harus mengelus dada. Kita memang pilih Jokowi tetapi secara sistem, presiden yang kita pilih tidak berdaya atas sistem yang ada. Entah kapan perubahan ini akan terjadi? Saya tetap berharap baik dan tidak kehilangan harapan. Kepada Tuhan saya berdoa, walau itu selemah lemahnya iman.
 
(Sumber: Facebook Diskusi dengan Babo)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed