by

Beda Yusril dengan Poltak (Dialog Imajiner)

Oleh : Aznil ST

Tadi di Facebook, saya ketemu seorang profesor bernama Yusril Ihza Mahendra. Konon kabarnya, dia seorang yang akan ikut mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta.

Saya yang penasaran kemudian meminta tolong ke mbah google untuk memberitahukan siapa dia. Mbah google dengan cekatan kasih tahu kepada saya tentang siapa profesor ini.

Oooo…. ternyata dia seorang ahli hukum dan pakar tata negara. Salah satu kepiawaiannya, dia bisa melepaskan dirinya dari jeratan hukum berstatus tersangka pada kasus korupsi proyek Sistem Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum) di era presiden SBY.

Sehari-harinya selain dia terjun dunia politik, dia juga berprofesi sebagai seorang pengacara. Dia sering tampil sebagai pendekar dalam membela kasus-kasus korupsi pejabat-pejabat yang maling uang negara. Juga, hadir sebagai pembela kapal – kapal luar menjarah hasil laut Indonesia.

Dia nyolot mengatakan profesinya itu sebagai bentuk keadilan dan asas praduga tak bersalah dihadapan hukum. Di halaman fanspagenya menulis pesan kepada orang mempertanyakan profesi gandanya sebagai politikus dan pengacara koruptor : “Omongan orang seperti itu merusak citra RI sebagai sebuah negara hukum. Anda bangga dengan kedunguan anda?”

Baiklah, saya mau tanya, “Anda itu pengacara atau sebagai politikus?”

Yusril jawab, “saya adalah pengacara dan juga politikus”.

Saya tanya lagi, “anda itu komit tidak melawan semua musuh negara anda terutama melawam para koruptor yang nyata-nyata telah merusak kehidupan negara Indonesia ?”

Yusril sempat gugup dan terlihat merah mukanya lalu menjawab : “saya kan belum resmi bakal calon Gubernur”.

 Saya tanya lagi, “seorang sosok pemimpin itu berjuang sebelum menjabat atau setelah menjabat?” Yusril jawab, “kedua-duanya. Itu tidak diatur oleh undang-undang”. Saya tanya lagi, “logika apa masyarakat percaya sama anda untuk memilih anda?”

 Yusril terdiam.

 “Tahukah anda Yusril, seorang pemimpin dilihat sepak terjangnya. Keteguhan dan komitmennya dalam memperjuangkan rakyat atas hak-haknya yang dirampas dan ditindas.

Korupsi adalah musuh kita bersama. Perilaku korupsi telah memporak-porandakan seluruh sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Ilegal fishing telah lama dibiarkan menyengsarakan dan membunuh harapan hidup nelayan Indonesia. Kenapa anda tidak konsisten berjuang untuk melawannya, bung Yusril? Kenapa anda memilih membela mereka meskipun anda katakan datang sebagai seorang profesional atas asas praduga tidak bersalah dihadapan hukum?

Perlu anda ketahui bung Yusril ! Dengan anda tidak menjadi pengacara bagi koruptor adalah suatu bentuk konsisten dan pengorbanan anda dalam melawan koruptor di Indonesia meski dibayar triliunan rupiah sekalipun. Dengan anda tidak membela kapal penjarah hasil laut Indonesia, ini sebagai bukti bahwa anda begitu cinta kepada Indonesia.

Masih banyak bidang-bidang lain dibutuhkan dari keahlian anda itu untuk digunakan buat membela rakyat atau negara. Seperti, anda bisa terjun nembela persoalan tanah rakyat dirampas oleh perusahaan-perusahaan perkebunan. Membela rakyat kecil ketika ketidakadilan didapatnya tersandung kasus hukum. Dan, masih banyak contoh-contoh kasus hukum lainnya.

Disitulah rakyat akan kagum dan hormat kepada anda.

Tirulah Poltak Sitanggang! Sosok yang punya keberanian sekaligus rasa kecintaan yang tinggi terhadap bangsa dan tanah Indonesia. Ia sukses berjuang di pengadilan merebut lahan seluas 44 ribu hektar yang sebelumnya dikuasai oleh perusahan asing. Kenapa anda tidak melakukan seperti itu juga? Agar anda pantas dinilai rakyat sebagai pemimpinnya.

 Berkiprah lah dulu anda ke masyarakat! Jangan jadi anak mami yang menjual keintelektualan anda atas ketokohan anda.

Kalau tidak, jangan terjun ke gelanggang politik agar orang tidak mengungkit sepak terjang anda ! Fokus sajalah berprofesi sebagai pengacara yang profesional. Publik tidak akan pernah mengungkit kejanggalan sepak terjang anda . Orang tidak mempermasalahkan siapa anda bela. Itu adalah hak anda. Itu adalah keprofesionalan anda.

Inilah nasehat saya kepada anda. Semoga setelah mendengar dialog imajiner ini, anda menyadari bahwa anda telah gagal faham dan kemudian menemukan jatidiri anda. Apakah seorang pejuang ataukah seorang pahlawan kesiangan atas kehadiran anda? Terimakasih.

Sumber tulisan : kompasiana.com

Sumber foto :selasar.com

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed