by

Bahaya Bersikap Golput

Aneka survei dan polling memang masih memprediksi, selisih tingkat elektabilitas petahana Jokowi-Maruf lebih unggul dalam kisaran 10-15 persen dibanding lawannya, kendati yang belum menentukan pilihan atau kemungkinan golput juga jumlahnya sekitar itu.

Toh, bila yang berniat golput sama sekali membuta-tulikan mata-hatinya dari fenomena kampanye hitam yang destruktif dan penuh hoax serta fitnah, serta menganggap sepi ancaman radikalisme-ekstremisme-intoleransi-fascisme Orde Baru, memang sulit diterima akal sehat. Menganggap bahwa saat ini, di tengah kampanye pilpres semacam ini, kondisi Republik Indonesia adalah baik-baik saja, aman tenteram tidak kurang suatu apa, dan ancaman disintegrasi hanya impian di tengah hari dari para politisi yang ingin tetap berkuasa, sungguh sangat naif.

Alasan golput adalah lebih baik ketimbang ikut memilih lawan yang fascistis dan destruktif, bukanlah pilihan heroik melainkan sekadar romantik-anakronik. Alasan golput karena menilai tidak ada politisi yang baik, tidak ada yang mau dan mampu memenuhi janjinya, tidak ada yang tidak korup dan nepotis, tidak ada yang ikhlas mementingkan kebutuhan rakyat, adalah alasan yang juga ilusif dan bertentangan dengan akal sehat. Mengapa? Karena dengan tidak ikut memilih, maka para golputis justru akan secara bongkokan menyerahkan dan membiarkan nasib negara dan bangsa ini jatuh kepada fatalisme : membiarkan negeri ini dikuasai oleh orang-orang atau kelompok yang justru mereka benci. Bunuh diri? Mungkin.

Dan, bila itu yang terjadi, maka jangan salahkan para pihak yang sudah mengingatkan akan adanya bahaya terhadap sendi-sendi dan pilar-pilar demokrasi dan republik (NKRI, Panca Sila, Bhinneka Tunggal Ika). Jangan katakan: “Ini salah kalian! Kalian tidak cukup meyakinkan saya untuk memilih! Kalian tidak sungguh-sungguh menyadarkan saya akan bahaya disintegrasi dan fascisme! Kalau tahu akan begini, saya tidak akan golput waktu itu!”

Namun, waktu tidak bisa diputar mundur. Kiamat sudah terjadi. Sungguh, kalian termasuk orang-orang yang merugi, yang tidak belajar kepada azab yang dialami umat yang terdahulu…! Sebagaimana penderitaan umat Amerika Serikat ketika terbutakan pintu-hati mereka dengan memilih presiden terakhirnya…! Sesal kemudian tiada berguna…!

Sumber : Status Facebook Noorca M. Massardi

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed