by

Ayo Njajan dan Blonco

Tempohari kami berdua pergi ke sebuah Mall, di bilangan Jakarta Selatan. Kami pilih hari kerja untuk hindari banyak orang.

Setiap lewat depan atau masuk ke dalam ‘tenant’, baik pakaian maupun makanan, nampak sekali para SPG dan Pelayan, begitu sopan menyapa. Seakan begitu berharap agar kami jadi ‘Penglaris’. Setelah 3 bulan vakum ndak jualan. Sungguh bikin hati kami trenyuh.

Di mall itu kami sempatkan njajan. Pakaian dan Makan-minuman. Alhamdulillah. Sedekah kata Gus Baha . . .

Tapi memang kalau dipikir-pikir benar juga. Kami berdua kan juga ‘Pedagang’. Kalau ndak ada yang kirim ‘sedekah’, beli dagangan kami, ujung2nya ya buruh dan karyawan kami PHK. Mereka ndak punya lagi sumber penghasilan. Terus buat mereka beli beras, bayar sekolah anak, bayar listrik, pakai uang dari mana . . . ?

Jadi kami juga butuh ‘sedekah’ . . .

Tadi pagi kami berdua olahraga jalan kaki. Dalam kompleks tetangga. Enak disitu sepi kendaraan riwa-riwi, ndak seperti di kompleks saya.

Di satu titik, kami bertemu dengan seorang Ibu yang naik sepeda. Di boncengan ada box dingin warna merah. Jualan minuman atau apa sebutannya. Probiotik. Konon terkandung ‘bakteri’ yang berguna dan menyehatkan.

Dalam botol-botol kecil. Merek agak ternama. Pakai tag ‘Cintai Ususmu’. Kami beli 2 pack @ 5 botol.

Keren perusahaan ini. Tas kresek pembungkus-nya saja biodegradable. Bisa terurai, akrab lingkungan. Dan, ini yang menarik dan mesti selalu saya ingat perhatikan, si Ibu Penjual selalu beri ‘bonus’ doa untuk para pembelinya.

‘Moga-moga selalu sehat, Bapak, Ibu . . .’

Jadi waktu kami berdua duduk di tempat teduh, istirahat. Sambil kurangi dahaga dengan minum si ‘Probiotik, ada banyak yang saya terima dan lakukan.

Rasa haus dahaga berkurang mestinya. Secara ‘makro’, bikin roda ekonomi berputar. Usaha dan perusahaan orang tetep bisa berjalan.

Secara ‘mikro’ saya dapat pahala karena ber-‘sedekah’. Beli minuman tadi. Dan dapat juga kiriman ‘sedekah’, berupa doa dari si Ibu penjual yang jadi ujung tombak itu . . .

Botol minum berisi air, yang kami bawa, ndak kami utik-utik. Tetap tertutup.

Saya berseloroh pada Nyonya, ‘Wong Sogeh iku, nek ngelak gak ngombe banyu !’ Orang kaya itu, kalau haus ndak minum air.

Kami berdua pun tergelak. Gembira . . .

Nah kan ? Dalam sekejap kami berdua sudah bisa, bikin roda ekonomi Endonesah kembali berputar, bisa bersedekah sekaligus dapat sedekah. Masih ditambah lagi, bisa tertawa gembira.

Senyum saja sedekah, apalagi ketawa . . .

Ayo ! Monggo ! Njajan dan belanja.

Kalau ndak punya dana atau duit lebih, buat beli ini itu ? Dicoba saja bertukar peran, jadi yang jualan. Jadi Pedagang. Kalau beneran dan ciyus, InsyaAllah laku kok . . .

Bukankah 9 dari 10 pintu rejeki berasal dari berdagang ? Secara statistik kemungkinan ‘jadi’ dan ‘hidup’ memang lebih besar . . .

Tabek . . .

Sumber : Status Facebook Harun Iskandar

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed