by

Awal Tahun yang Kelabu

Kawasan rumah kami, sejak dulu, sudah terkenal sebagai kawasan banjir. Sering masuk TV pula. Sering ortu saya di Padang khawatir kalau nonton berita TV soal banjir; selalu saja kawasan kami disebut. Tentu kami membeli rumah di blok yang dulu kabarnya tidak kena banjir. Tapi seiring waktu, ya akhirnya kebanjiran juga. Memang sih, banjir belum pernah masuk rumah, meski jalanan sudah menggenang seperti sungai dan rumah di kiri kanan tergenang beberapa senti (tapi pernah terjadi, air meluap dari saluran kamar mandi). 

Itupun sudah membuat saya sering cemas dan was-was. Sempat saya pikir untuk pindah ke kawasan perbukitan saja. Tapi apa daya duit tak sampai. Lagipula, di perbukitan juga bukan berarti bebas masalah. Dimanapun kita berada, pasti ada masalah, karena itulah kodrat hidup di dunia.

Saya lalu bolak-balik berdoa agar ada rezeki untuk bikin kamar di atas, untuk menyimpan buku-buku. Dan kalau banjir masuk ke rumah (semoga tidak terjadi), setidaknya kami bisa punya tempat berlindung. Pada tahun 2017 doa saya terkabul, kami berhasil menambah satu kamar dan semua buku kami sekarang sudah aman di perpustakaan di lantai dua. 

Tapi, tentu saja satu-satunya tempat berlindung yang paling aman adalah berlindung pada naungan kasih sayang Allah. Semoga, Allah memampukan kita menghadapi apapun ujian dan musibah yang sudah ditakdirkan untuk kita. Karena setiap manusia pasti akan diuji, supaya ‘naik kelas’.

Teriring doa untuk semua teman dan kerabat yang tertimpa musibah banjir. Semoga banjir segera surut dan ada perbaikan kondisi (banjir tidak terulang lagi); semoga semua harta benda yang hilang/rusak diganti Allah dengan rezeki yang berlimpah.

 

(Sumber: Facebook Dina Sulaeman)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed