by

Arab Semakin Moderat, Indonesia Semakin Konservatif

Seperti yang sudah sering saya tulis, pemerintah di kawasan ini bahkan menyeponsori pembangunan gereja dan tempat ibadah lainnya. Di antara negara-negara Teluk, Oman yang paling banyak dijumpai tempat-tempat ibadah non-Muslim (Protestan, Katolik, Yahudi, Bahai, Hindu, Buddha, dlsb). Meskipun kebijakan Saudi berbeda dalam hal pembangunan tempat ibadah non-Muslim, tetapi mereka juga bebas-merdeka menjalankan ibadah di kompleks-kompleks perumahan. Di “kompleks perumahan” saya tinggal ini, banyak sekali umat non-Muslim.

Hubungan masyarakat akar rumput Sunni-Syiah juga sangat baik. Bahkan di Qatar, komunitas Syiah sangat maju dan memiliki posisi strategis di bidang bisnis dan politik. Di Saudi, tidak seperti yang digambarkan banyak orang, relasi warga Syiah dan non-Syiah juga sangat toleran. Mereka biasa ngumpul bareng di warung-warung kopi atau kedai teh untuk bercengkrama.

Waktu saya, ditemani oleh sejumlah murid & asisten risetku yang warga Saudi, jalan-jalan di sebuah pasar tradisional di kawasan Ahsa yang banyak dijumpai warga Syiah, saya menyaksikan warga Sunni-Syiah membaur di pasar. Waktu sengaja saya tanya ke sejumlah pedagang dan pembeli: “kenapa Anda mau membaur dengan warga Sunni/Syiah”. Jawaban mereka sangat khas: “Kami bukan Sunni atau Syiah, kami warga Saudi”.

Di dunia pendidikan juga begitu. Anda mungkin mengira kalau di Saudi itu hanya berisi “kampus-kampus Islam” yang hanya mengajarkan masalah keislaman. Dugaan Anda itu keliru besar coy. Di Saudi hanya ada tiga kampus yang didirikan dengan niatan awal untuk mengembangkan studi-studi keislaman. Selebihnya, adalah “kampus-kampus sekuler” (maksudku fokus di bidang kajian-kajian non-keislaman seperti eksakta dan teknik, bisnis, ekonomi, perbankan, perminyakan & mineral, dlsb). Bahkan tiga kampus tadi, karena tuntutan pasar dan zaman yang berubah, sejak beberapa tahun terakhir sudah mengembangkan fakultas, departemen, jurusan, atau program-program diluar kajian keislaman.

Di kawasan Arab Teluk juga banyak sekali dijumpai kampus-kampus Barat yang membuka cabang disini. Barat memang masih menjadi idola bagi masyarakat Arab untuk mengejar pendidikan bukan hanya lantaran kualitas atau mutu pendidikan saja tetapi juga karena para alumni dari kampus-kampus Barat diburu oleh berbagai instansi, perusahaan, dan lembaga-lembaga pemerintah. Dan jangan lupa, para alumni Barat ini juga digaji tinggi oleh mereka.

Soal penggunaan bahasa juga sudah sangat moderat. Bahkan banyak orang Arab kontemporer yang lebih suka “spik-spik” alias berkomunikasi atau mengekspresikan ide dan pemikiran dengan Bahasa Inggris yang menurut mereka “bisa kelihatan lebih inetelek dan modern” he he.

Peran kaum perempuan juga sudah sangat maju sekali dan banyak dari mereka kini menjadi “top leader” di dunia pendidikan, media, bisnis, dan bahkan pemerintahan. Di Uni Emirat Arab banyak kaum perempuan yang menjabat sebagai menteri negara. Emansipasi kaum perempuan hampir merata terjadi di semua kawasan Arab Teluk. Dengan kata lain, kaum perempuan Arab kontemorer bukan hanya mlenuk dan menonjol dadanya saja tetapi juga peran dan kontribusi mereka untuk negara dan masyarakat juga sangat mlenuk dan menonjol.

Coba Anda bandingkan fenomena ini dengan perkembangan yang terjadi di Indonesia belakangan ini?

#ArabSemakinModeratIndonesiaSemakinKonservatif
#ArabIndonesia

 

(Sumber: Facebook Sumanto Al Qurtuby)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed