by

Apakah Muhammadiyah Sudah Salah Arah?

 

Terbayang wajah adem Buya Syafii, kenapa orang tua ini seolah jalan sendiri menunjukkan Muhammadiyah sejati. Kenapa dia tidak ditauladani anak-anak muda untuk membentuk jati diri, kok malah yang salah arah yang ikuti.

Mbah Dahlan Pahlawan Nasional yang disegani Belanda, almarhum sangat toleran walau awalnya di bully orang-orang awam karena dicurigai antek Belanda. Beliaulah Kiayi pertama yang mengajar masuk gereja dengan baju koko dan jarik, beliaulah Kiayi yang pertama berdialog dan berkawan dengan Patur Van Lith, seorang Khatolik, dialog intens selama 4 tahun. Entah apa isi dialognya tapi yang pasti Mbah Dahlan tidak alergi dengan agama lain. Beliau berdialog bukan mengolok-olok.

Penggagas pendidikan dan rumah sakit islam itu belajar dari orang2 Belanda yang ada di lingkungannya. Beliau membaca bahwa tidak ada ilmu yang haram bila diambil kebaikannya. Bukan teriak buka 212 mart agar orang islam belanja disana padahal 90 % isi dagangannya produksi si kafir yang dimaki2nya. Taktik dululah baru strategi, tapi ya tidak akan bisa kalau teriak tidak ada ilmunya, Mbah Dahlan itu berilian, lha kok cucu2nya malah ngambil jalan yang salah.

Tadi malam saya ikut nimbrung ngobrol dengan orang muda NU yang juga temanan dengan MU. Singkatnya bahwa MU telah terkontaminasi pikiran keras yang jauh menyimpang dari azas ke MU annya. Lari dari khitohnya dan ngelantur cenderung ngawur.

Saya ingat Pertemuan akbar NU tahunnya sekitar 1995an di Keraksan Probolinggo, judulnya Kembali ke Khitoh 1928 kl tidak salah. Artinya NU menyadari dan cepat bereaksi atas kecenderungan jalur yang mulai lari di internalnya. Walau jujur PKB yang dibesut Gusdur sebagai rumah politik bagi nahdiyyin yang mau berpolitik tidak semoncer yang diharapkan, malah sekarang sang ketum jualan abab mau maksa jadi cawapres, padahal ya ilmunya masih ngepres.

Hal yang sama PAN yang dibesut Amin Rais, malah lebih celaka, sekarang malah selalu berang kepada pemerintah, bukan kawan dengan NU sang saudara kembar, eh malah akrab dengan kaum penolak pancasila, PKS dan HTI, di tambah Gerindra yang ilmunya cuma retorika.

Saya mengamati ada benang merah antara PAN dengan akrobatik politiknya dengan statement Dahnil yang begitu tidak simpati atas kondisi negara. Ini yang harus kita tanya MU mau kemana, sayang ormas besar ini kalau kesasar. MU adalah aset Indonesia masak kelasnya mau ikut sama dengan Gerindra. Lebih gila lagi kalau PKS juga jadi CS nya. Apa MU juga sudah lupa Pancasila, terus Mbah Dahlan diletakkan dimana?

 

(Sumber: Facebook Iyyas Subiakto)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed