by

Apakah Mbah Amin Makin Stres?

 

Amien ini tokoh yang hobby membuat manuver yang juga entah apa maksud dan keuntungan bagi dirinya. Dulu di era orde baru ia memerintahkan kader Muhammadiyah untuk mendukung Soeharto, bahkan saat diingatkan rekan-rekannya ia tetap ngotot. Tapi ajaibnya saat Soeharto mulai terdesak karena gerakan reformasi, tau-tau Amien muncul paling depan seolah dialah tokoh paling reformis.

Yang kemudian membawanya menjadi Ketua MPR selain mendapat gelar bapak reformasi, walau sejatinya yang berjuang dan berkorban adalah mahasiswa. Ironisnya sampai detik ini Amien tak ada empati kepada mahasiswa yang hilang, bahkan saat menjadi Ketua MPR pun masih asik bermanuver dengan poros-poros ciptaannya, mengangkat Gusdur, sekaligus menjatuhkannya kembali.

Yang ambigu, saat reformasi ia begitu lantang ingin me-Mahmil-kan Prabowo yang dianggap melanggar HAM karena kasus yang diduga melakukan penculikkan mahasiswa, tapi kini ia mendukung habis-habisan Prabowo yang dianggapnya sebagai titisan Soekarno. Bahkan tanpa rasa malu lagi, terus menerus menyerang Jokowi dengan cara yang tak masuk akal sehat, padahal Amien Rais ini memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, serta pengetahuan agama yang cukup.

Bahkan makin menyedihkan lagi, kini ia menuduh Jokowi mencurigai umat Islam, dan menantang agar bertarung secara gantle. Lo apa itu nggak kewola wale mbah? Bukankah Jokowi tak pernah menyerang siapapun, dus justru Amien yang terus menerus membuat serangan yang masiv hingga mengaku sudah keliling Indonesia dan menyampaikan bahwa pamor Jokowi sudah turun dan harus diganti, tapi tak mengatakan cara mengetahuinya.

Kemudian disusul membuat dikotomi partai Allah dan setan, tapi lupa bila kader-kadernya ada yang terjerat hukum. Entah sadar atau tidak, hal-hal seperti inilah yang makin mempertajam polarisasi umat beragama, yang tentunya sangat membahayakan kehidupan berbangsa. Ini juga membuktikan perbedaan menyolok antara Amien Rais yang belum selesai dengan hidupnya, dengan Jokowi sudah mapan segalanya, hingga bisa fokus membangun bangsanya tanpa retorika.

Nah kalau sudah seperti ini, lalu siapakah setan yang sebenarnya?

“Salam Reformasi Tiada Henti”

 

(Sumber: Facebook Wahyu Stutono)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed