by

Apakah Ini Monumen Bambu “AYAT MAYAT” Pesanan Anies Baswedan?

Oleh Stefanus Toni Aka Tante Paku
Di negeri ini semakin hari menjadikan agama untuk konsumsi publik dengan balutan politik, hasilnya para penganut agama yang mengkonsumsi politisasi agama itu terlihat mengerikan dengan muka-muka jauh dari sifat ilahiah kemanusiaan tanpa ada perasaan kasih pada sesamanya.
Dalam sejarah dunia, MANA ADA agama yang tidak menumpahkan darah?
PERANG SUCI sebagai alasannya tidak akan menutupi fakta adanya KEKERASAN FISIK, perlakuan buruk yang tidak manusiawi, bahkan membunuh pun dihalalkan demi perjuangan sucinya itu. Begitulah sejarah agama yang ada di dunia ini, dan Tuhan Allah Sang Maha Kasih dijadikan kedok pembenaran karena ada ayat dalam perintah-Nya.
Agama menjadi SARANG OKNUM haus darah untuk menyebarkan fanatisme buat dan dimanfaatkan untuk membuat TEROR dalam setiap gerakannya, yang intinya tidak menghargai nilai-nilai kemanusiaan.
Padahal kalau mempelajari dengan teliti dan hati-hati dalam setiap KITAB SUCI agama-agama tersebut, sebagian besar mengajarkan tentang KEBAIKAN untuk kehidupan di dunia ini. Artinya tidak ada ajaran yang salah, tapi OKNUM-lah yang memilih dan memilah ajaran yang salah untuk digunakan sebagai dagangan demi meraih keuntungan pribadi atau golongannya.
Dan atas nama kepentingan politik agama pun jadi kendaraan yang paling mudah untuk mengeruk harta karun dengan sukses, meraih kekuasaan dengan lancar, inilah yang mengkhawatirkan tatanan kehidupan bermasyarakat, karena bisa bersifat fatal, bisa menimbulkan konflik horisontal. Jadi beragama memang harus menggunakan AKAL BUDI yang telah diberikan Sang Maha Pencipta untuk mencerna setiap ajaran-Nya dengan penuh kasih dan kesabaran agar setiap perbedaan dalam setiap agama BUKAN UNTUK DIPERTENTANGKAN dan berujung pertempuran demi sebuah kekuasaan.
Karena setiap pemeluk agama akan dan selalu MENGKLAIM agamanya adalah agama yang paling sempurna, paling baik dan paling benar. Jadi bisa dibayangkan jika agama digunakan sebagai alat politik untuk sebuah kekuasaan duniawi yang selalu berujung pada harta, tahta dan bahkan wanita?
Jika demikian ungkapan bahwa ”tidak ada pembunuhan yang lebih bersemangat selain pembunuhan atas nama agama”, menjadi BENAR bila fakta yang ada memang demikian adanya. Itulah akibat ego/keakuan manusia yang ingin menang sendiri, lalu berfikir, dengan melukai bahkan membunuh sesama manusia berharap dapat masuk surga.
Tengoklah kejadian dalam Pilkada DKI kemarin ketika menggunakan AYAT gagal dalam menjegal Basuki – Djarot didalam pilkada DKI Jakarta putaran pertama, dalam putaran kedua serangan menjadi gila dan tidak masuk akal dengan menggunakan MAYATsebagai senjata untuk menekan para pemilih yang beragama Islam, supaya tidak memilih Basuki sebagai Gubernur.

Dan terus berlanjut menjadikan agama sebagai alat provokasi yaitu untuk tidak men-sholati mayat pemilih Basuki-Djarot, kemudian ditambah bonus TAMASYA ALMAIDAH.

Ketika saya melihat karya seni yang dipuji Gubernur DKI Anies Baswedan yang terbuat dari bambu itu, semakin lama mengamati kok kayak wujud MAYAT yang menggeletak. Apakah itu maksudnya untuk mengenang perjuangannya dalam Pilkada DKI kemarin yang menggunakan Ayat dan Mayat sebagai provokasi kampanyenya yang sukses gilang gemilang itu?

Hanya Anies Baswedan dan timnya yang bisa memberikan jawaban sesuka dia, semaunya dia, tentu saja pasti yang baik-baik artinya, dan semua orang pun bebas menafsirkannya juga.

Salam Dung Dung Pret!

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed