by

Apa Urgensinya KAMI

Diantara dua kubu itu, kalian sama saja. Kalau menang rebut kekuasaan mau makan sendiri dan kroninya saja. Sepertinya bangsa dan negara Indonesia ini hanya jadi alat bisnis kalian berdua. Yang setiap pemilu terus kalian perebutkan. Dengan KPU sebagai perampok demokrasi. Kontrol atas sistem penyelenggara demokrasi sama saja dengan di era Soeharto. Alias sebelum tender dilakukan pemenangnya sudah ada. Oknun KPU, oknum Lemsur (lembaga survei), pengamat politik, pengacara dan calo seputar MK butuh pekerjaan.
Kalau lagi nyari suara di rakyat, bikin narasi Pancasila lawan Khilafah lah. Seolah satu pihak Pancasila pihak lain tidak Pancasila. Khilafah juga hasil nafsir sendiri dari Al Quran, makna sejatinya versi pemilik teks Tuhan dan Nabi belum tentu seperti penafsiran mereka. Mereka sibuk dengan agama tafsiran mereka dan kelompoknya saja. Kullu hijbin bima ladaihim farihun, setiap kelompok bangga dengan fahaman yang ada disisinya sendiri-sendiri. Narasi itu yang dipakai. Bukan program dan rencana aksi lima tahun.
Kang Mat: Ini menurutmu kenapa Bong?
Bung Cebong : Alur hubungan Barat dengan Indonesia dulu jalur Dwifungsi. Gus Dur bubarkan Dwifungsi dengan dibuat UU TNI dan UU Polri. Jejak pasca Dwigungsi itu dikasih pintu oleh Amin Rais lewat Amandemen UUD empat kali, larinya pada ke Parpol. Tiga corak Parpol kita : Nasionalis, Parpol Agama dan Parpol Jendral. Akhirnya Parpol main terlalu jauh. Membedah pembagian menteri dan banyak lagi.
Kang Mat : Menurut kamu gimana, Long?
Santri Kalong : Seabad kebangkitan nasional kita harus dievaluasi. Harus ada perenungan
yang dalam, lama dan teratur. Bagian-bagian mana letak salahnya perjalanan kita. Misalkan kita telah meninggalkan tradisi dan agama untuk menyambut peradaban modern. Dan ternyata Siti Nurbaya yang menuduh adatnya kolot itu salah. Modern bukan berarti ikut semua orang Barat. Bisa telanjang semua kita. Bahwa tradisi, agama dan sains teknologi ternyata bisa hidup bersama satu rumah. Kita harus sepakat ini dulu. Silahkan pemuda Indonesia, delapan tahun lagi buat Kongres Pemdua Keberapa mengevaluasi satu abad Sumpah Pemuda. Apa masih perlu sumpah baru lagi.
Kang Mat : Kamu, Dul menurutmu bagaimana?
Dul Kampret : Realitas sejarah dunia hari ini bagaimana ? Covid-19 menunjukan Barat semakin tenggelam. Industri manufaktur mereka kalah telak dari China. Peradaban sedang berganti mataharinya yang baru. KAMI yang dilihat dari bayangannya masih nguli ke uangnya Raja minyak Timur Tengah alias mitra Blok Barat, itu masa lalu. Saya setuju Kang Santri Kalong. Dalam dekade ini kita siapkan anak-anak yang masih duduk di SD dan SMP untuk memaknai baru kebangkitan bangsa dan Sumpah Pemuda. Tidak usah sumpah palapa, mau menyatukan mana lagi yang ada saja belum terurus baik.
Kang Mat : Bagaimana kau Klep. Untuk soal ini ada pendapat ?
Pace Yaklep : Untuk kali ini saya absen dulu Kang Mat. Istirahat pendapat dulu. Kemarin urus Mangga Golek Dormena masih tadah komplain banyak. Mangga kurang. Jalan macet. Sementara mangga di Sentani Kiri bupati sudah terlanjur buang lima tahun lalu.
Angkringan Filsafat Pancasila
 
Sumber : Status Facebook Abdul Munib

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed